jfid – Sejak awal terbentuknya pada tahun 1948, hubungan antara Amerika Serikat dan Israel telah menjadi salah satu dari yang paling kuat di antara negara-negara di dunia.
Namun, apa yang sebenarnya mendorong kedua negara ini untuk menjadi mitra yang begitu erat? Jawabannya tidak hanya terletak pada satu faktor saja, melainkan merupakan hasil dari kombinasi sejarah, strategi politik, nilai-nilai bersama, dan pengaruh kelompok-kelompok di dalam negeri.
Awal dari hubungan ini dapat ditelusuri kembali pada peran signifikan yang dimainkan oleh Edward Jacobson, mantan mitra bisnis Presiden Harry Truman.
Perannya dalam membantu meletakkan dasar bagi pengakuan Amerika Serikat terhadap Israel sebagai negara menjadi landasan dari hubungan yang terus berkembang sejak saat itu.
Pada masa pasca-Perang Dunia II, ketika Perang Dingin sedang memanas antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, Timur Tengah muncul sebagai medan pertempuran untuk pengaruh global.
Wilayah ini tidak hanya kaya akan sumber daya, seperti cadangan minyak, tetapi juga memiliki jalur air strategis seperti Terusan Suez yang menjadi sangat penting.
Dalam konteks ini, dukungan yang kuat dari Amerika Serikat terhadap Israel menjadi bagian dari strategi geopolitik yang lebih besar.
Perang tahun 1967 menjadi titik balik penting dalam sejarah hubungan ini. Saat Israel berhasil mengalahkan dengan telak tentara Mesir, Suriah, dan Yordania, serta menduduki sebagian besar wilayah Palestina historis, AS tidak ragu untuk memberikan dukungan yang kuat kepada Israel, baik secara politik maupun militer.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga superioritas militer Israel di daerah tersebut dan mencegah ancaman bermusuhan dari negara-negara Arab.
Namun, hubungan ini tidak hanya ditentukan oleh kepentingan politik dan strategis semata. Dukungan politik yang kuat dan pengaruh dari komunitas pro-Israel di dalam negeri Amerika Serikat juga memiliki peran yang tidak bisa diabaikan.
Kelompok ini secara aktif memastikan bahwa dukungan terhadap Israel tetap menjadi prioritas bagi para pembuat kebijakan di Washington.
Selain itu, keterikatan Amerika Serikat dan Israel tidak hanya berdasarkan kepentingan politik semata.
Kedua negara ini memiliki kesamaan dalam komitmen mereka terhadap nilai-nilai demokrasi, kemakmuran ekonomi, dan keamanan regional. Nilai-nilai ini telah menjadi faktor perekat yang kuat dalam hubungan kedua negara ini.
Meskipun sejarah panjang dukungan AS terhadap Israel, terdapat suara-suara yang semakin kuat di dalam AS yang menyerukan perlunya peninjauan kembali terhadap hubungan ini. Masa depan dari hubungan Amerika Serikat dan Israel mungkin tidak dapat dipastikan dengan jelas, namun satu hal yang pasti adalah bahwa hubungan ini akan tetap menjadi topik yang sangat penting dan kontroversial dalam politik internasional yang terus berkembang.