Opini jfID – Berbagai macam aliran jurnalisme mewarnai dinamika Pers Indonesia. Secara spesifik, saya lebih menitik beratkan pada genre jurnalisme Sastra.
Jurnalisme Sastra di Indonesia, pertama kali dicetuskan dan diperkenalkan oleh majalah Tempo. Produk jurnalisme yang digagas oleh Goenawan Mohammad, Nirwan Dewanto, dan kawan-kawan.
Sebuah aliran Jurnalistik yang mamadukan fungsi kebahasaan. Dan orang-orang didalamnya adalah para Sastrawan Indonesia.
Sungguh bahasa jurnalistik lebih sulit ditafsirkan secara tunggal, kesulitan itu juga terdapat dalam sebuah tafsir karya sastra.
Setiap pembaca, tentu memiliki tafsir yang berbeda, jika menelaah karya jurnalistik dalam sebuah genre jurnalisme Sastra, semisal, tulisan satire.
jurnalfaktual.id, adalah sebuah Mazhab yang dikonstruksi menjadi model jurnalisme Sastra. Sebuah model Jurnalistik yang mamadukan stiil bahasa sastra. Kami memiliki sebuah brand dalam media, yaitu News & Opini.
Sebelumnya, saya ingin mempertegas terkait Artikel yang berjudul “Moralitas Anggota Dewan dengan Botol Bir” yang telah tayang 4 Jam di jurnalfaktual.id pada Sabtu, 4 Juli 2020.
Artikel tersebut, oleh Redaksi secara resmi diumumkan ke publik jika dihapus, karena khawatir memunculkan sebuah tafsir yang ditafsirkan salah oleh publik. Dihapus pada Sabtu, 4 Juli 2020.
Melihat berbagai pemikiran di masyarakat terkait foto tersebut. Sebenarnya saya sangat sepakat dengan apa yang dikatakan H. Abd Latif di kantor redaksi jurnalfaktual.id.
H. Abd Latif saat datang ke kantor redaksi jurnalfaktul.id, Jln. Tambaksari Perum Mega Permai, GG 1, No: 5-6 Gedungan, Batuan, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
H. Abd Latif berkata, “jika orang yang ada di gereja, belum tentu ia Kristen, jika orang berfoto dan kebetulan ada botol dibelakangnya, tidak bisa dikaitkan dengan botol itu,” dan saya sepakat dengan apa yang dikatakan H. Abd Latif.
Dalam artikel tersebut, ada sebuah pernyataan kuat, jika masyarakat Sumenep, jangan mengira atau menuduh H. Abd Latif meminum bir, karena saat berfoto, kebetulan ada botol bir. Foto yang sebelumnya telah beredar di media online dan media sosial (Sebelum tayang di jurnalfaktual.id). Coba lihat dalam kalimat paragraf ke dua dibawah ini:
Saya tidak menuduhnya sebagai pemabuk, atau mengatakan kolektor botol-botol minuman beralkohol.
Dalam sebuah klarifikasi H. Abd Latif, ternyata foto yang membelakangi botol, adalah foto yang secara tidak sengaja ada.
Saya, sebagai pimpinan Redaksi jurnalfaktual.id yang menulis artikel berjudul “Moralitas Anggota Dewan dengan Botol Bir” sama sekali tidak bermaksud untuk menciptakan sebuah artikel buruk pada H. Abd Latif.
Secara terang benderang, kembali penulis tegaskan, dalam sebuah artikel yang ditulis sebelumnya, sebagai penegasan, jika Penulis bermaksud menegasikan jika H. Abd Latif bukanlah peminum bir, karena secara kebetulan berpose dengan dibelakangi botol.
Mari kita logikakan dan berkompromi dengan akal sehat, seorang anggota DPRD dan ketua Fraksi Partai Islam, mana mungkin meminum bir. Tidak hanya itu, H. Abd Latif sebagai pengusaha yang bergerak di bidang Pariwisata (Owner Water Park Sumenep) mana mungkin, meminum bir murahan.
Teks yang terbit pada Sabtu kemarin, memunculkan sebuah tafsir, jika H. Abd Latif mengajarkan moralitas, jika dirinya bukanlah seorang peminum Bir.
Inilah dinamika Pers yang multi tafsir. Karya jurnalistik berupa artikel tidak bisa diterjemahkan dalam perspektif tunggal. Dan Indonesia memiliki kekayaan bahasa dan multi tafsir sebagai karya intelektual jurnalistik. Saya sepakat dengan pendapat H. Abd Latif.
Seperti pepatah Inggris, Don’t look the books just from the Cover, “Jangan Lihat Buku dari Sampulnya,” iya, sebuah pembelajaran moral positif pada Publik yang diberikan oleh seorang Legislator H. Abd Latif. Semoga bermanfaat.