jfid – Ketika saya berkunjung ke rumah pakde saya yang sudah berusia 88 tahun, beliau sudah tidak aktif lagi berceramah ngaji atau mengajar di pesantren di sekitar Malang.
Dalam pertemuan singkat bulan lalu, kata-katanya membekas sekali ketika saya berkunjung kerumahnya, dimana dia masih sigap kemana-mana pakai sepeda pancal tuanya. Bahkan tahun lalu ke Madura masih dilakoni bersepeda untuk mengujungi pesarehan guru-gurunya di Bangkalan Madura.
Apa nasehatnya kemarin?
Le, kamu khan berani. Ada baiknya kamu ubah itu departemen sosial di kementrian sosial dan usahakan dana yang ada di kementrian sosial tidak pakai dana APBN.
Yang saya berkata, ngak salah pakde? Ngak pake APBN lalu dari mana uang untuk mensejahterakan masyarakat?
Dari ZAKAT!
Departemen sosial mengambil zakat dan mengelola zakat.
Mendengar pernyataan beliau, saya tidak serta merta menjawab. Saya merenung. Perenungan itu sudah berjalan sebulan ini. Mengapa saya tidak menjawab? Bagaimana bisa menjawab, karena pakde saya punya kebiasaan. Kalau dia memberi nasehat, tanpa menunggu apa jawabnya, dia langsung meninggalkan saya sendirian di rumahnya, dia kebelakang, entah sholat hajat, entah apapun kebiasaannya yang membuatnya selalu hening.
Pakde saya ini kuat diam, kuat hening, kuat baca, kuat kerja keras. Diusianya 88 tahun masih masak. Masih ke pasar, namun hanya mengajar dan ceramah tidak dilakukannya lagi, dan kegiatan yang paling banyak, hening. Menerima tamu hanya pagi, ba’da dhuzur sampai setelah subuh, hening.
Zakat untuk membiayai masalah sosial? Menarik juga!
Sementara saya punya konsep lain juga untuk membantu pendapatan daerah dengan mengelola pajak penjualan untuk pemerintah daerah. Zakat untuk sosial ok, untuk pendapatan pemerintah daerah saya ada usulan juga. Meniru Tiongkok. Sekali lagi niru itu ok yang ngak oke itu IKUTI MAUNYA TIONGKOK.
Benar deh, berbicara tentang pajak, salah satu Negara yang memiliki sistem pajak yang baik adalah China. Dimana pembayar pajak bisa mendapatkan bonus hingga milyaran rupiah. Benar, bahkan puluhan kali dari pajak yang mereka stor-kan. Hampir setiap bulan ada undian pajak. Dan di setiap tahun ada undian nasional mengenai pajak ini yang berhadiah milyaran yang dibagikan massal kepada pembayar pajak.
Sebuah strategi yang aneh yaitu pajak di undikan. Ilustrasinya begini : suatu hari di tahun 2010 kami mengunjungi China untuk melihat pabrik baosteel. Setelah banyak membandingkan dengan produsen lainnya kami akhirnya melakukan deal bisnis dengan Baosteel ini untuk seemless high pressure pipe.
Disana saya beberapa kali naik taksi di daerah Pudong Shang hai China. Ada hal menarik ketika membayar ongkos taksi tersebut, maka akan keluar 2 strok pembayaran. Satu untuk kita penumpang satunya untuk pengemudi taksi tersebut. hal umum pastinya, dua lapis tanda pembayaran. saat itu saya langsung meremas struk tersebut dan saya buang di sampah dekat pemberhentian taksi. Dan secara mengejutkan supir taksi tersbut mengentikan jalannya kendaraan dan menegur saya dengan sopan sambil berkata, you not suppose to do that sir?
Nah ini, saya cukup terkejut dengan dua hal, satu bahasa inggrisnya bagus, dua dia mengatakan sesuatu yang baru, tidak membuang struk. Saya pun dengan serta merta bertanya balik kepadanya, whats wrong with that?
Well sir, you can be a millionaire instantly if you not throw away those slip.
Sebentar, millionaire instantly? How’s so? Saya bertanya heran, dan entah mengapa saya tertarik untuk lebih jauh berbicara dengan sang supir taksi. Well sir, if you don’t mind I would like to take you to lunch and tell a lil’ bit about it, food are on me? Saya mengajak supir taksi makan siang, saya yang traktir, asli saya ingin tau lebih jauh lagi tentang struk transaksi tersebut.
Dia pun mengangguk setuju. Kebetulan jadwal pertemuan dengan mitra Baosteel bergeser karena secara teknis ada hal yang harus mereka siapkan terlebih dahulu yang ternyata memakan waktu 2-3 jam. Bagi saya menjadikan kesempatan untuk tau sedikit tentang China. Dan di temani supir taksi yang fasih berbahasa inggris dan santun adalah pengalaman menarik pastinya bukan.
Kami memilih sebuah restaurant yang menarik, menyajikan makanan asli China favorit saya, sechuan. Disana mulailah diskusi tentang struk tadi. Dia mengatakan di China, untuk membuat pembayar pajak menaati kewajibannya maka para pejabat keuangan dan perpajakan di benahi terlebih dahulu. Awal-awalnya kira-kira di awal tahun 2000 banyak pejabat departemen keuangan dan perpajakan yang di pancung karena korupsi. Lalu dalam waktu singkat departemen itu menjadi bersih dan mendapat kepercayaan masyarakat.
Singkat kata, setelah bersih pemerintah China mengadakan undian bagi mereka yang menyetor struk transaksi atau slip pembayaran. Misalnya begini, tadi bapak khan naik taksi saya. lalu saya menerima uang bapak. Saya adalah subjek pajak. Jadi saya harus menyetor bukti terima uang tersebut dan membayar sekian persen pajak. Kalau bapak buang struk tadi maka bisa saja saya tidak melaporkan, toh pemerintah tidak tahu. Tapi apa yang terjadi kalau bapak memasukan slip pembayaran tadi ke counter pajak, tapi saya tidak memasukan laporan maka terbukti saya tidak taat pajak. Disinilah saya bisa di hukum.
Lalu hubungan dengan jadi milyuner? Saya masih penasaran.
Ooo.. setiap bulan ada kayak undian yang di kocok dari tanda terima pembayaran yang di masukan oleh baik penjual atau pembeli. Jika nama anda keluar pastinya anda akan mendapat hadiah. Ada yang kecil senilai transaksi ada rumah, bahkan bisa ribuan dollar Amerika. Itu yang saya katakan bisa jadi milyuner. Setiap anda dapat struk, tulis nama lengkap anda dibelakang struk dan no telepon. Itu nanti nomor kontak anda.
Coba nanti anda bayar makanan kita ini. Dan anda tidak ambil struknya. Pasti pelayan pada berebut dan bertanya kepada anda, apakah struk ini anda perlukan atau tidak. Kalau anda mengatakan tidak, maka dia pasti ambil, dan dia masukan ke loket pajak atas nama dan nomor kontak dia sehingga kemungkinan dia bisa mendapatkan hadiah pajak.
Disini kepala saya membayangkan hal yang terjadi di Indonesia. Misalnya lagi makan di restoran lalu billnya mengatakan Rp 150.000 tambah 10% pajak jadi Rp 165.000. Tau dari mana kalau mereka pengusaha tersebut menyetorkan pajak. Kita sulit membuktikan. Namun kalau pakai cara di China pasti ketahuan, karena jika mereka tidak melaporkan sang pelanggan yang melaporkan.
Pasti ketahuan dan pasti Negara di untungkan.
Coba pemerintah Indonesia mau meniru cara ini dengan memberikan bonus gede-gedean buat undian tadi. Ya, 30% dari pajak tadi deh balikin ke rakyat, pasti seru! Pasti masalah ekonomi bangsa ini sedikit terbantu. Selamat belajar hingga ke negeri China. Wani ora ikuti? Mosok milih manut sih! # peace.