jfID – Media sosial (Medsos) hadir dengan tujuan untuk mempermudah kehidupan manusia di dalam segala aktivitasnya, baik berkomunikasi, berdiskusi meskipun jarak berjauhan, berbisinis, berbagi cerita dan masih banyak kegunaan lainnya. Namun, tidak jarang juga kita menjumpai sebuah tontonan yang sama sekali tidak mendidik dan jauh dari akal sehat.
Seringkali kita temukan berita tentang pemerkosaan yang dilakukan oleh oknum setelah melihat adegan di Medsos, pembunuhan dan perampokan dengan menggunakan Medsos sebagai tempat mengatur siasat, bahkan terdapat juga perilaku yang lebih parah dan sensitif yang mengundang kemarahan publik, yaitu perdebatan tentang Sara (Suku, Agama, Ras dan Antarglongan).
Senggol-sikut tentang Sara di media sosial, seperti Facebook dan Twetter, bukan suatu hal yang rahasia lagi, mulai dari caci-maki, saling menghina keyakinan, kepercayaan dan agama, aliran, madzhab, etnis dan ras. Akibatnya bukan tanggung-tanggung, disintegrasi sosial, ancaman terhadap kerukunan berbangsa, permusuhan antar ras, bahkan terhadap sesama golongan sendiri bisa berseteru hanya karena tweet dan status di beranda Medsos.
Apa yang ditampilkan di Medsos bukan sebatas tontonan semata, tetapi juga menimbulkan efek serius terhadap mentalitas penggunanya. Pegiat media sosial, secara psikologis tidak akan mudah melupakan peristiwa yang terjadi di media sosial; intoleransi di dunia maya rentan dipraktikan juga olehnya di dunia nyata (Rahmat: 2011: 216).
Misalnya, runtuhnya kepedulian sosial terhadap orang sekitar karena beda agama, suku dan ras, bullying di sekolah karena beda etnis, warna kulit dan bahasa daerah. Hal ini sebagai dampak dari tidak bijaknya kita dalam bermedia sosial.
Pemersatu
Hadirnya media sosial di tengah masyarakat sebagai perpanjangan dari indra manusia dalam melakukan aktivitas kesehariannya (McLuhan: 1964: 23-24). Sehingga komunikasi inter dan antar personal menjadi murah dan mudah dilakukan. Oleh karenanya, sudah saatnya Medsos digunakan untuk berkomunikasi antar bangsa di belahan Nusantara dengan baik dan bijak. Efek dari tindakan ini adalah kedewasaan di dalam berteman, bernegara sekaligus pengakuan bahwa Indonesia itu benar-benar Bhineka Tunggal Ika.
Selama ini, tentu kita sebagai bangsa hafal bahwa Indonesia terdiri dari bermacam suku, ras, agama dan etnis tanpa mengalaminya secara langsung. Semua itu tidak akan selesai bila kita kunjungi satu persatu untuk membuktikannya secara langsung. Akan tetapi dengan adanya media sosial, kita tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga dan biaya mahal untuk bersosial dengan saudara setanah air, kita dapat dengan mudah menjalin hubungan baik dengan siapapun dari Sabang hingga Merauke dalam bingkai ke-Indonesiaan. Dengan catatan, perbedaan yang kita jumpai di Medsos tidak kita jadikan alat propaganda yang tidak produktif dikarenakan perbedaan pada dasarnya adalah natural dan tidak dapat disamakan selamanya.
Dakwah
Perbedaan yang kita jumpai di dunia maya tidak sepatutnya dijadikan perpecahan, akan tetapi disikapi secara dewasa sebagai bangsa yang mendaku dirinya Bhinneka Tunggal Ika; mampu bersatu dalam perbedaan demi tujuan negara.
Akhir-akhir ini negeri ini seringkali dirundung ancaman perpecahan, mulai dari isu negara Islam, organisasi terlarang, terorisme, hoaks dan isu-isu Sara lainnya. Nah, mengapa media yang murah, mudah dan gampang diakses ini tidak kita jadikan medan berdakwah saja ?, dakwah yang mengajak kepada kebenaran, persatuan, saling menghormati dan menghargai sesama. Toh, tidak ada salahnya kita memanfaatkan kemajuan media sosial sebaik mungkin.
Berdakwah tidak hanya membahas tentang materi yang akan disampaikan, melainkan juga tentang bijaknya diri kita menggunakan media yang efektik. Allah Swt berfirman:
“Ajaklah kamu kepada jalan Tuhan-mu dengan cara yang bijaksana dan nasihat yang bagus” (QS. Al-Nahl: 125: 128).
Ayat di atas juga membicarakan tentang cara berdakwah dan berorasi yang baik supaya apa yang disampaikan dapat efektif dan dakwahnya dapat diterima dengan baik. Adapun sarana yang baik, efektif dan modern bagi para pendakwah ataupun orator kebangsaan saat ini adalah media sosial.
Kreatifitas
Daripada mengumpat dan memaki tidak jelas di Medsos, apalagi membuat pemufakatan jahat untuk memecah belah kerukunan bangsa dengan menyebarkan berita hoaks yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka sebaiknya media sosial dijadikan wahana berkreasi.
Media sosial jangan hanya dijadikan arena mengungkapkan perasaan, kegundahan dan mengumbar aib orang lain. Banyak ruang di media sosial untuk berkreasi tanpa batas. Misalnya, belajar menulis opini dengan baik di beranda Medsos. Beropini dengan baik adalah salah satu cara bagaimana kita berdakwah di dunia maya dengan menyajikan data yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Jika kita belum bisa berkreasi, maka setidaknya kita dapat mengontrol diri untuk tidak membuat ruang maya menjadi kotor yang dapat mengganggu orang lain, karena sebebas-bebasnya menyuarakan pendapat, tetap harus menghargai pengguna Medsos lainnya supaya kerukunan tetap terjalin.
Tentang Penulis: Samsul Arifin, Ketua Komisariat PMII STAI Darul Hikmah.