jfid – Di tengah situasi Israel dan Palestina yang semakin memanas, Malaysia mengaku siap mengirimkan pasukan secara besar-besaran untuk menjaga perdamaian di tanah suci. Namun, pengiriman pasukan itu akan menunggu keputusan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kata Menteri Pertahanan Malaysia Dato Seri Mohamad Hasan.
Mohamad menegaskan bahwa pemerintah Malaysia tidak akan mengambil keputusan mendadak soal hal ini. Pemerintah Malaysia juga akan mempertimbangkan segala keputusan yang diambil oleh PBB, khususnya soal Angkatan Tentara Malaysia.
“Kami tidak akan mengambil keputusan secara tiba-tiba dan akan mempertimbangkan apa pun yang menjadi keputusan PBB, khususnya yang berkaitan dengan Angkatan Tentara Malaysia,” katanya kepada wartawan usai upacara penganugerahan Pingat Jasa Malaysia (PJM) di Majestic Hill, Lukut pada Kamis, 26 Oktober 2023.
Pasalnya, sebagai bagian dari Gerakan Non-Blok di bawah PBB, Malaysia telah menjadi bagian dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL). Malaysia memiliki lebih dari 800 personel militer di Lebanon dan beberapa perwira yang bertugas di Somalia serta di sejumlah negara Afrika lainnya.
“Kami punya lebih dari 800 personel militer di Lebanon. Kami juga memiliki beberapa perwira yang bertugas di Somalia, dan negara-negara Afrika lainnya, tetapi tidak sebanyak di Lebanon,” imbuhnya.
Dalam pidatonya pada upacara penganugerahan PJM, Mohamad mengungkapkan bahwa personel rotasi yang terlibat di tim MALBATT 850-10 sebagai bagian dari misi UNIFIL telah dimulai sejak 2 Oktober 2023. Ia pun mengaku akan menginformasikan kepada Kabinet untuk melanjutkan rotasi tersebut.
“Sebagai anggota PBB, kami akan menunggu keputusan mereka dan menilai dari sana apakah Malaysia perlu menjadi bagian dari pasukan penjaga perdamaian. Kami tidak akan mengirim pasukan ke sana secara tergesa-gesa,” katanya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Anwar Ibrahim juga mengatakan pada Senin, 16 Oktober 2023 bahwa pengerahan pasukan penjaga perdamaian di Palestina memerlukan “konsensus” di antara “negara-negara tetangga”. Tanpa konteks tersebut, ia mengklaim bahwa pesawat yang membawa pasukan dari Malaysia tidak akan dikerahkan.
“Tanpa konteks, pesawat yang membawa pasukan penjaga perdamaian Malaysia atau bantuan kemanusiaan tidak akan mendarat,” ujarnya.
Malaysia merupakan salah satu negara yang vokal mendukung kemerdekaan Palestina dan mengecam agresi Israel. Malaysia juga telah memberikan bantuan kemanusiaan dan politik kepada rakyat Palestina.
Menurut laporan media internasional, konflik antara Israel dan Palestina telah menewaskan lebih dari 200 orang, sebagian besar warga sipil Palestina. Konflik ini dipicu oleh rencana penggusuran paksa warga Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur oleh Israel.
PBB telah menyerukan gencatan senjata segera dan mengutuk pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel. Namun, Israel menolak tawaran mediasi dari Mesir dan Qatar dan bersikeras melanjutkan serangan udaranya terhadap Gaza.