jfid – Palestina, sebuah tanah yang terusir dari peta dunia oleh Israel, sebuah negara yang didukung oleh kekuatan-kekuatan Barat.
Di tengah penderitaan rakyat Palestina yang terus berjuang untuk meraih kemerdekaan dan keadilan, ada dua organisasi yang mengaku sebagai penyelamat kemanusiaan: Magen David Adom (MDA) dan Unicef.
Namun, di balik kedok kemanusiaan, mereka mungkin saja menjadi bagian dari pendudukan Israel yang brutal dan tidak berperikemanusiaan. Mereka mungkin saja menjadi bagian dari masalah, bukan solusi.
MDA: Penolong atau Penindas?
MDA adalah organisasi layanan darurat medis dan bank darah nasional Israel, yang berafiliasi dengan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
MDA mengklaim sebagai organisasi sukarelawan yang memberikan bantuan medis kepada semua orang tanpa membedakan agama, ras, atau etnis.
Namun, MDA juga menjadi lengan bantu dari Tentara Pertahanan Israel (IDF) dalam waktu perang.
Menurut Physicians for Human Rights (PHR), sebuah organisasi hak asasi manusia yang berbasis di Israel, MDA telah mengabaikan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh PHR tentang kebijakan awak ambulans MDA yang menolak memberikan perawatan kepada warga Palestina.
PHR menuduh MDA melakukan diskriminasi rasial dan melanggar hukum kemanusiaan internasional.
PHR juga mengkritik MDA karena tidak mengakui simbol Bulan Sabit Merah Palestina sebagai mitra yang setara, dan tidak memberikan bantuan kepada staf medis Palestina yang menjadi sasaran serangan Israel.
PHR menyerukan agar MDA bertanggung jawab atas perannya dalam pendudukan Israel dan menghormati hak-hak warga Palestina untuk mendapatkan layanan kesehatan yang layak.
Unicef: Advokat atau Agen?
Unicef adalah badan PBB yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada anak-anak di seluruh dunia.
Unicef mengklaim sebagai advokat utama untuk hak-hak anak dan perlindungan mereka dari dampak bencana alam dan konflik bersenjata.
Namun, Unicef juga memiliki konflik kepentingan yang besar dengan industri senjata yang mendukung pendudukan Israel di Palestina.
Kepala Unicef, Catherine Russell, adalah istri dari Tom Donilon, yang merupakan ketua BlackRock Investment Institute, salah satu investor terbesar di perusahaan-perusahaan senjata di dunia.
BlackRock memiliki saham sebesar 5% di 11 produsen senjata terbesar AS, yang memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar. BlackRock juga dikenal sebagai kekuatan Yahudi yang mendominasi pasar keuangan global.
Pertanyaannya adalah, apakah Russell benar-benar peduli dengan nasib anak-anak Palestina yang menjadi korban kekerasan Israel?
Apakah ia bisa mempengaruhi suaminya untuk menghentikan aliran senjata ke Israel?
Ataukah ia malah menjadi bagian dari skema bisnis yang menguntungkan dari bencana kemanusiaan di Palestina?
Berapa banyak uang yang akan mengalir ke Unicef nantinya sebagai hasil dari bencana ini? Berapa banyak yang akan dinikmati oleh Russell?
Dua wajah bantuan kemanusiaan di Palestina menunjukkan betapa rumitnya masalah yang dihadapi oleh rakyat Palestina.
Di satu sisi, mereka membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup. Di sisi lain, mereka harus waspada terhadap agenda tersembunyi dari para penyelamat yang mungkin saja menjadi musuh.
Mereka harus terus berjuang untuk menuntut hak-hak mereka yang telah dirampas oleh Israel dan sekutu-sekutunya.