“Kush” Jenis Narkoba yang Merubah Manusia Menjadi Zombie di Afrika Barat

Lukman Sanjaya By Lukman Sanjaya
3 Min Read
“Kush” Jenis Narkoba yang Merubah Manusia Menjadi Zombie di Afrika Barat
“Kush” Jenis Narkoba yang Merubah Manusia Menjadi Zombie di Afrika Barat
- Advertisement -

jfid – Afrika Barat dilanda krisis kesehatan serius akibat maraknya peredaran narkoba jenis baru yang mematikan, dikenal sebagai ‘kush’. Narkoba ini telah menyebabkan kekacauan sosial, dengan korban yang berjalan layaknya zombie, sempoyongan, dan bahkan melukai diri saat tertidur dan berjalan.

Setidaknya, puluhan nyawa hilang setiap minggunya, dan ribuan lainnya terpaksa dirawat di rumah sakit.

Menurut penelitian Michael Cole, seorang profesor ilmu forensik di Anglia Ruskin University, Inggris, narkoba kush merenggut pemuda berusia 18 hingga 25 tahun. Sierra Leone, salah satu negara yang paling terpukul, menyaksikan dampak buruknya secara nyata.

Kush, sebuah campuran ganja, fentanil, tramadol, dan formaldehyde, menjadi ancaman mengerikan di kawasan tersebut. Meskipun ada klaim bahwa obat ini mengandung tulang manusia yang dihaluskan, ahli forensik menilai klaim tersebut sebagai rumor tanpa dasar.

Ad image

Ian Hamilton, seorang profesor di University of York, Inggris, mengungkapkan bahwa kush mendapatkan popularitasnya karena harga yang terjangkau dan ketersediaan luas di tengah tingginya pengangguran, kemiskinan, dan kurangnya harapan hidup di masyarakat. Sebuah laporan dari The Daily Telegraph bahkan mencatat bahwa sekitar 1 juta orang di wilayah Afrika Barat telah kecanduan zat ini.

Fentanil dan tramadol, opiat yang terkandung dalam kush, memiliki potensi menyebabkan kecanduan. Sementara formaldehyde, yang umumnya digunakan untuk membalsem mayat, dapat menciptakan pengalaman halusinasi jika dikonsumsi. Kehadiran zat-zat ini dalam proporsi yang sulit dikendalikan saat dicampur menjadi kush, menjadi pemicu reaksi yang sangat beragam di kalangan individu.

Profesor Harry Sumnall dari Liverpool John Moores University memperingatkan bahwa risiko kesehatan akibat opioid sintetik dalam kush sudah jelas, dan situasi ini semakin memburuk dengan minimnya layanan rehabilitasi narkoba di wilayah tersebar luas. Khususnya, kush dapat berbeda secara signifikan antar wilayah atau kelompok.

Terlepas dari klaim yang mencuat, bahwa kush mengandung tulang manusia, para ahli menekankan ketidakmungkinannya tanpa bukti konkret. Profesor Ian Hamilton menyatakan skeptisisme terhadap klaim tersebut, menilai hal tersebut sebagai sumber yang menyebar tanpa dasar.

Samuel Tobias, mahasiswa kesehatan masyarakat di University of British Columbia, menambahkan bahwa rumor tentang tulang manusia mencerminkan taktik menakut-nakuti yang digunakan untuk menciptakan kepanikan dan mencegah penggunaan narkoba. Satu-satunya cara untuk membuktikan kebenaran klaim tersebut adalah melalui analisis mendalam.

Sementara kush terus mengganas di Sierra Leone dan negara-negara tetangga seperti Guinea dan Liberia, masyarakat internasional dihadapkan pada tantangan serius untuk meredam gelombang teror narkoba ini.

Bahaya nyata dari ‘obat zombie’ ini menjadi sorotan utama, dengan harapan agar langkah-langkah pencegahan dan rehabilitasi dapat segera dilakukan untuk menghentikan dampak mengerikan yang meluas.

- Advertisement -
Share This Article