jfid – Gaza, 23 Mei 2024 — Gelombang serangan udara dan darat Israel pada Kamis lalu mengakibatkan sedikitnya 60 warga Palestina tewas di Jalur Gaza. Serangan ini memicu pertempuran sengit antara pasukan Israel dan militan Hamas di kota Rafah, bagian selatan Gaza.
Di tengah asap dan puing-puing yang membumbung tinggi, tank-tank Israel merangsek masuk ke distrik Yibna di barat Rafah, melanjutkan operasi militer di tiga pinggiran timur kota tersebut. Kehadiran militer yang massif dan tembakan artileri yang terus menerus mengancam nyawa ribuan warga sipil yang terjebak di daerah konflik.
Serangan serentak yang dilancarkan Israel di bagian utara dan selatan Gaza menciptakan gelombang pengungsian baru. Ratusan ribu warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam upaya mencari tempat yang lebih aman.
Jalur akses utama untuk bantuan kemanusiaan pun terputus, meningkatkan risiko kelaparan yang kini menghantui warga Gaza yang terkepung.
Latar belakang dari serangan ini adalah aksi balasan Israel terhadap serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan 1.200 orang dan menculik lebih dari 250 sandera dari komunitas Israel selatan.
Konflik yang terus berkecamuk telah menewaskan lebih dari 35.000 orang sejak serangan balasan Israel dimulai, dengan ribuan lainnya diperkirakan masih terkubur di bawah reruntuhan bangunan.
Di tengah pengeboman yang tak kenal henti, Kamis lalu menjadi hari yang paling berdarah. Serangan udara Israel menghancurkan beberapa daerah di Gaza, menewaskan 26 orang, termasuk 15 anak-anak di Kota Gaza.
Di daerah Al-Daraj, satu serangan menghantam rumah sebuah keluarga, merenggut nyawa 16 orang. Serangan lainnya di kompleks masjid menewaskan 10 orang.
Pertempuran jarak dekat yang intens juga terjadi di Jabalia dan Rafah, di mana sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam melancarkan serangan mortir ke arah pasukan Israel.
Di tengah kebrutalan konflik, para pejuang Hamas terus menunjukkan perlawanan gigih meski di bawah tekanan besar.
Tidak hanya di Gaza, kekerasan juga meluas ke Tepi Barat. Selama dua hari terakhir, militer Israel menyerang kota Jenin, menewaskan 10 warga Palestina, termasuk seorang dokter yang sedang menjalankan tugas.
Sejak 7 Oktober, total korban tewas di Tepi Barat telah mencapai 516 orang, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina.
Krisis ini tidak hanya menciptakan korban jiwa, tetapi juga trauma yang mendalam bagi warga Palestina yang terus berjuang untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang semakin memburuk. Bagi mereka yang kehilangan rumah dan orang-orang terkasih, harapan akan perdamaian semakin sulit untuk digapai.
Situasi ini memerlukan perhatian dan aksi internasional yang mendesak untuk menghentikan kekerasan dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat segera mencapai mereka yang membutuhkan.
Tanpa langkah nyata, krisis kemanusiaan di Gaza akan terus memburuk, menambah penderitaan yang sudah terlalu lama dialami rakyat Palestina.