jfid – Marks & Spencer, perusahaan retail terkemuka asal Inggris, mendapati diri mereka terjerat dalam kontroversi yang melibatkan iklan Natal mereka.
Gambar topi pesta Natal berwarna merah, putih, dan hijau yang terbakar di perapian memicu reaksi keras di media sosial.
Sebagian pengguna sosial media menduga gambar tersebut menggambarkan pembakaran bendera Palestina karena kesamaan warna dengan bendera Palestina.
Perusahaan dengan cepat memberikan klarifikasi bahwa niat mereka hanya bermaksud bersifat main-main, menunjukkan bahwa beberapa orang enggan memakai topi kertas Natal saat merayakan Natal.
Namun, respons publik terhadap gambar tersebut sangat beragam. Meski perusahaan menjelaskan alasan di balik gambar tersebut, banyak pengguna media sosial tetap merasa bahwa gambar itu tidak senonoh.
Menyikapi protes yang berkembang, Marks & Spencer segera menghapus postingan kontroversial tersebut dari platform media sosial mereka.
Selain itu, mereka memberikan permintaan maaf kepada masyarakat atas segala kekurangnyamanan yang terjadi akibat gambar tersebut.
Marks & Spencer juga menegaskan bahwa gambar tersebut diambil dari cuplikan iklan Natal mereka, yang direkam pada bulan Agustus, jauh sebelum kontroversi ini mencuat ke publik.
Tetapi, tidak semua orang menilai kontroversi ini dengan negatif. Sebagian pelanggan membela Marks & Spencer, berpendapat bahwa perusahaan tersebut tidak perlu meminta maaf karena maksud gambar tersebut yang sebenarnya tidak bersifat menghina atau merendahkan.
Namun, insiden ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya memahami sensitivitas budaya dan politik dalam menciptakan konten media.
Meskipun terlihat sepele, iklan Natal pun dapat memicu reaksi yang kompleks dan kontroversial di tengah masyarakat yang beragam.
Sebagai konsumen, kita seharusnya senantiasa menghargai keberagaman budaya dan pandangan politik, serta memahami bahwa kesalahan dalam merancang konten media dapat memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada yang dapat kita bayangkan.
Dalam era digital yang terhubung erat, kepekaan terhadap perbedaan dan keragaman adalah kunci untuk menghindari kontroversi serupa di masa depan.