Komunikasi Politik dan Strategi Jitu Pilkada

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
3 Min Read
Pixabay, Ilustrasi media Sosial
Pixabay, Ilustrasi media Sosial
- Advertisement -

 jf.id – Manusia adalah makhluk sosial. Dia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian, apapun jabatannya, dan berapapun kekayaannya. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang tidak dapat diperoleh tanpa melibatkan orang lain.

Untuk melibatkan orang lain, dibutuhkan komunikasi. Tanpa komunikasi, keterlibatan orang lain itu tidak akan diperoleh. Dan tanpa keterlibatan orang lain, kebutuhan manusia tidak akan terpenuhi. Jadi, komunikasi itu adalah kunci utama dalam memperoleh setiap kebutuhan hidup manusia.

Tapi, bukan sembarang komunikasi. Komunikasi yang bisa mendatangkan manfaat adalah komunikasi yang dihiasi dengan nilai-nilai estetika, dalam semua aspeknya. Yaitu: redaksinya, intonasinya, dan ekspresinya.

Dalam soal redaksi, penting memilih kata-kata relevan dengan maksud komunikasi, dalam segi kelembutan dan kekasarannya, kesederhanaan dan keilmiahannya. Nah, cara memilih kata itu dipelajari dalam ilmu Sastra. Sebagai contoh; seseorang tidak suka orang lain memarkir motornya di depan rumahnya. Kalau dia (hanya) jujur, dia akan menulis, “Jangan parkir di sini !”

Ad image

Dari redaksi itu tampak sekali nuansa kemiliteran, dia di atas, orang lain di bawah. Tapi orang yang jujur dan cerdas, dia akan menulis, “Di sini bukan tempat parkir”. Sebuah redaksi yang menebarkan aroma persahabatan. Walaupun tujuan dari kedua redaksi itu sama, tapi “rasa”-nya berbeda.

Nah, rasa ini sangat berpengaruh dalam munculnya reaksi dari lawan bicara. Maka, lain redaksi, lain rasa. Lain rasa, lain reaksi.

Kedua dan ketiga; intonasi dan ekspresi. Kedua aspek ini tidak kalah pentingnya dalam komunikasi. Dan sangat menentukan keberhasilan komunikasi. Karena itulah, kita banyak menyaksikan pertengkaran dalam komunikasi via medsos. Karena WA dan Facebook hanya bisa menyampaikan redaksi, tetapi tidak bisa menyampaikan aspek intonasi dan ekspresi.

Makanya, kalau ada muballigh menyampaikan hadits, sabda Rasulullah Saw. dengan nada berapi-api, mungkin redaksinya benar itu sabda Rasulullah saw. Tetapi benarkah Rasulullah saw. mengucapkan itu dengan intonasi dan ekspresi seperti yang demikian?

Walhasil, komunikasi yang sempurna adalah komunikasi via tatap muka, face to face, atau yang biasa disebut dengan silaturrahim. Karena hanya silaturrahim yang bisa menyampaikan semua aspek komunikasi secara utuh; redaksi, intonasi, dan ekspresi.

Moh. Fathor Rois

- Advertisement -
Share This Article