Pada 11 Maret 2011, gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,1 magnitudo mengguncang Jepang pada pukul 14.46 waktu setempat, memicu gelombang tsunami setinggi 10 meter yang menghantam pantai timur laut negara tersebut.
Tragedi ini menewaskan lebih dari 20.000 orang dan menyebabkan sekitar 2.500 orang dinyatakan hilang. Salah satu yang hilang adalah Yuko Takamatsu, istri tercinta Yasuo Takamatsu, yang bekerja di cabang Bank 77 di Onagawa saat bencana terjadi.
Yasuo Takamatsu, seorang pria berusia 66 tahun dari Onagawa, Prefektur Miyagi, tidak pernah berhenti mencari istrinya sejak hari naas itu. Setelah dua tahun mencari di daratan tanpa hasil, Yasuo memutuskan untuk menyelam di laut pada September 2013.
Ia belajar menyelam dari Masayoshi Takahashi, yang memimpin tim sukarelawan untuk membersihkan puing-puing tsunami di sepanjang garis pantai dan mencari tubuh yang terperangkap di kendaraan yang tenggelam.
Setiap minggu, Yasuo menyelam ke dasar laut, sering kali di kawasan berbahaya dengan arus yang kuat, berkoordinasi dengan penjaga pantai dan nelayan setempat.
Hingga saat ini, Yasuo telah melakukan lebih dari 600 kali penyelaman untuk mencari jejak istrinya. Meskipun ia belum menemukan jejak istrinya, Yasuo merasa bahwa usahanya adalah bentuk cinta dan dedikasi yang tak tergoyahkan.
“Seolah-olah pergi menemuinya ketika saya berpikir istri saya ada di laut. Saat mencari atau latihan rutin, rasanya dia ada di dekat saya,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Yasuo mengenang hari itu dengan jelas. Ia mengantar Yuko ke tempat kerjanya sebelum membawa ibu mertuanya ke rumah sakit di Ishinomaki. Ketika gempa terjadi, Yasuo sedang keluar dari rumah sakit dan tidak dapat menghubungi Yuko atau putrinya.
Namun, ia mendapat kabar bahwa putranya selamat dari bencana tersebut. Dengan harapan Yuko selamat, Yasuo mengunjungi semua titik evakuasi yang telah ditentukan, tetapi hanya berhasil menemukan putrinya, sementara Yuko tetap hilang.
Meski telah bertahun-tahun berlalu, Yasuo Takamatsu tidak pernah menyerah.
“Pesan terakhir yang ia kirimkan kepada saya berbunyi, ‘Saya ingin pulang’. Saya yakin dia ingin pulang, dan saya akan membawanya pulang. Saya akan pergi untuk istri saya selama tubuh saya masih bergerak,” kata Yasuo penuh harap.
Kisahnya adalah contoh nyata dari cinta dan keteguhan hati dalam menghadapi kehilangan yang tragis.