Kisah Pilu Kurnia Meiga, Kiper Legendaris yang Terpaksa Jual Medali

Rasyiqi
By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
7 Min Read
Kurnia Meiga saat di Podcast dr. Richard Lee, MARS (tangkapan layar/jfid)
- Advertisement -

jfid – Kurnia Meiga Hermansyah, nama yang pernah mengharumkan sepak bola Indonesia dengan aksi-aksi gemilangnya di bawah mistar gawang. Kiper yang pernah membela Arema FC dan Timnas Indonesia ini dikenal sebagai sosok yang tangguh, berani, dan berbakat.

Namun, nasib tak selalu berpihak pada sang legenda. Sejak 2017, ia harus mengakhiri karirnya karena menderita penyakit langka yang menyerang matanya, yaitu papiledema.

Papiledema adalah kondisi yang terjadi ketika saraf optik membengkak akibat tekanan cairan di dalam otak. Gejala-gejala yang dialami oleh penderita papiledema antara lain sakit kepala, penglihatan kabur, mual, muntah, dan kehilangan penglihatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tumor otak, infeksi, stroke, atau penyakit autoimun.

Kurnia Meiga mengaku bahwa ia mulai merasakan gejala-gejala tersebut sejak 2017, ketika ia sedang bermain untuk Arema FC. Ia sempat mencoba berobat ke berbagai tempat, mulai dari dokter mata, dokter saraf, hingga dokter spesialis. Namun, hasilnya tidak memuaskan. Ia bahkan harus menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan di otaknya, namun tetap tidak ada perubahan.

“Setelah operasi, saya merasa lebih baik. Tapi, setelah beberapa bulan, gejalanya kembali. Saya sudah coba berbagai macam obat, tapi tidak ada yang cocok. Saya juga sudah coba berbagai macam terapi, tapi tidak ada yang membantu,” ungkap Kurnia Meiga dalam podcast bersama dr. Richard Lee.

Akibat penyakitnya, Kurnia Meiga mengalami penurunan penglihatan yang drastis. Ia mengaku bahwa penglihatannya saat ini hanya tinggal 5 persen. Ia bahkan tidak bisa melihat wajah anak dan istrinya dengan jelas. Ia juga tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal, seperti membaca, menulis, atau menonton televisi.

“Saya tidak bisa melihat apa-apa. Saya hanya bisa melihat bayangan dan warna. Saya tidak bisa melihat detail. Saya tidak bisa melihat huruf, angka, atau gambar. Saya tidak bisa melihat wajah orang. Saya hanya bisa mengenali suara mereka,” tutur Kurnia Meiga.

Tidak hanya itu, penyakitnya juga berdampak pada kondisi ekonominya. Kurnia Meiga mengaku bahwa ia tidak memiliki penghasilan tetap sejak pensiun dari sepak bola. Ia juga tidak mendapatkan bantuan dari klub atau federasi sepak bola. Ia hanya mengandalkan tabungan dan bantuan dari keluarga dan teman-temannya.

“Sejak saya pensiun, saya tidak punya penghasilan. Saya tidak dapat bantuan dari mana-mana. Saya hanya hidup dari tabungan dan bantuan dari keluarga dan teman-teman. Tapi, itu juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya pengobatan,” jelas Kurnia Meiga.

Untuk melanjutkan hidup dan berobat, Kurnia Meiga terpaksa menjual medali-medali dan atribut sepak bola miliknya. Beberapa medali yang ia tawarkan antara lain medali Piala Presiden 2017, turnamen sepak bola Habibie 2015, Inter Island Cup 2014, hingga AFF Suzuki Cup 2016. Ia juga menjual piala pemain terbaik yang ia peroleh dengan harga Rp 200 juta atau bisa lebih.

Keputusan menjual medali-medali tersebut tentu tidak mudah bagi Kurnia Meiga. Baginya, medali-medali tersebut adalah bukti dari perjuangan dan prestasinya di dunia sepak bola. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Ia lebih memilih menjual medali-medali tersebut daripada membuka donasi atau meminta-minta.

“Medali-medali itu adalah kenangan yang sangat berharga bagi saya. Tapi, saya harus realistis. Saya harus memikirkan keluarga saya. Saya harus mencari pengobatan. Saya tidak mau membuka donasi atau meminta-minta. Saya lebih mau tukar barang. Saya masih punya harga diri,” ucap Kurnia Meiga.

Salah satu orang yang membantu Kurnia Meiga adalah dr. Richard Lee, dokter spesialis bedah plastik yang juga dikenal sebagai selebriti. dr. Richard Lee membeli salah satu medali milik Kurnia Meiga, yaitu medali AFF 2010, dengan harga Rp 20 juta. Ia juga menawarkan medali tersebut kepada siapa pun yang berminat, dengan syarat hasil penjualannya akan diserahkan kepada Kurnia Meiga.

“Saya akan ambil medali AFF ini Rp 20 juta. Mudah-mudahan bisa digunakan untuk anak-anak dan istri. Kalau ada yang mau beli medali ini, silakan hubungi saya. Tapi, uangnya harus dikasih ke bang Meiga. Saya tidak mau untung dari medali ini,” kata dr. Richard Lee.

Selain dr. Richard Lee, ada juga beberapa orang yang berusaha membantu Kurnia Meiga. Salah satunya adalah Menpora Zainudin Amali, yang mengaku prihatin dengan kondisi Kurnia Meiga. Ia berjanji akan menghubungi Kurnia Meiga dan mencari solusi terbaik untuk membantunya.

“Saya sudah mendengar kabar tentang Kurnia Meiga. Saya sangat prihatin. Saya akan segera menghubungi dia dan berbicara langsung dengan dia. Saya akan mencari tahu apa yang bisa saya lakukan untuk membantu dia. Saya akan berkoordinasi dengan PSSI dan klub-klub sepak bola,” ujar Zainudin Amali.

Kisah Kurnia Meiga ini tentu menjadi pelajaran bagi kita semua. Betapa pentingnya kesehatan dan kesejahteraan bagi para atlet yang telah mengharumkan nama bangsa. Betapa ironisnya nasib mereka yang harus berjuang sendirian di tengah kesulitan. Betapa mulianya mereka yang masih mau berbagi dan membantu sesama.

Semoga Kurnia Meiga segera mendapatkan kesembuhan dan kebahagiaan. Semoga medali-medali yang ia jual bisa menjadi berkah dan bukan beban. Semoga prestasi-prestasi yang ia raih bisa menjadi inspirasi dan bukan luka. Semoga Kurnia Meiga bisa kembali melihat dunia dengan mata hatinya. Jika anda ingin berdonasi atau membeli medali yang dimilikinya, hubungi 0812-9219-3532

- Advertisement -
Share This Article