jfid – Ferdy Hasan adalah salah satu presenter kondang yang terkenal di Indonesia.
Ia dikenal sebagai sosok yang ceria, humoris, dan sukses dalam karirnya.
Namun, di balik kesuksesannya itu, ia juga pernah mengalami kegagalan besar dalam berinvestasi.
Ia bahkan sempat nyaris gila usai rugi puluhan miliar rupiah dari investasi bodong.
Kisah investasi bodong yang dialami Ferdy Hasan bermula pada tahun 2014.
Saat itu, ia bertemu dengan seorang financial planner bernama Ligwina Hananto.
Ferdy mengaku awalnya hanya ingin mengatur keuangannya dengan bantuan Ligwina, bukan mendapatkan saran investasi.
Namun, setelah merasa cocok dengan Ligwina, ia mulai menerima saran investasinya.
Ligwina menyarankan Ferdy untuk berinvestasi di berbagai bidang seperti index trading, sektor riil, perkebunan jati, perusahaan skilled labor, Trimas dan GTI.
Ferdy pun mengikuti saran Ligwina tanpa melakukan riset atau analisis yang mendalam.
Ia hanya percaya pada kata-kata Ligwina yang mengklaim bisa memberikan keuntungan besar dalam waktu singkat.
Namun ternyata semua saran investasi dari Ligwina itu ternyata bodong dan menipu.
Ferdy merugi hingga hampir Rp 12 miliar gara-gara berinvestasi di tempat-tempat tersebut.
Ia bahkan harus menjual rumah miliknya untuk membayar hutangnya.
Ia juga harus menghadapi masalah hukum karena diduga terlibat dalam penipuan.
Setelah mengalami kerugian besar itu, Ferdy Hasan pun menyadari kesalahannya dan memutuskan untuk berubah menjadi lebih bijak dalam berinvestasi.
Ia juga meminta maaf kepada para korban penipuan dan berjanji untuk tidak pernah lagi tergiur oleh janji-janji palsu dari orang lain.
Ia bahkan belajar tentang agama Islam untuk meningkatkan ketaqwaannya.
Kisah investasi bodong yang dialami Ferdy Hasan menjadi pelajaran bagi kita semua untuk tidak mudah percaya dengan orang-orang yang menawarkan cara mudah mendapatkan uang tanpa usaha atau risiko.
Kita harus selalu melakukan riset dan analisis sebelum memutuskan untuk berinvestasi di suatu bidang atau produk.
Kita juga harus selalu menjaga keseimbangan antara keuangan dan spiritualitas kita agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan mental kita.