Proses Pembuatan Kapal Pinisi
Proses pembuatan kapal pinisi hingga saat ini masih dilakukan secara tradisional, dengan menggunakan alat-alat sederhana dan tenaga manusia. Proses pembuatan kapal pinisi terbagi menjadi tiga tahap utama, yaitu:
- Penentuan hari baik. Tahap ini dilakukan untuk mencari kayu yang akan digunakan sebagai bahan baku kapal. Biasanya hari baik untuk mencari kayu jatuh pada hari ke-5 dan ke-7 di bulan yang sedang berjalan.
Angka 5 menyimbolkan naparilimai dalle’na yang berarti rezeki sudah di tangan. Sementara angka 7 menyimbolkan natujuangngi dalle’na yang berarti selalu mendapat rezeki.
- Penebangan, pengeringan, dan pemotongan kayu. Tahap ini dilakukan untuk mempersiapkan kayu yang akan dirakit menjadi kapal.
Kayu yang sudah ditebang harus dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa bulan agar tidak mudah lapuk. Kayu yang sudah kering kemudian dipotong sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan.
- Perakitan kapal. Tahap ini dilakukan untuk merangkai kayu menjadi kapal dengan memasang lunas, papan, mendempulnya, dan memasang tiang layar. Tahap ini membutuhkan keahlian khusus dari seorang pawang perahu yang disebut panrita lopi.
Pawang perahu ini memiliki pengetahuan tentang perhitungan-perhitungan geometri, fisika, dan astronomi yang diperlukan untuk membuat kapal yang seimbang, kuat, dan indah.
Pawang perahu juga bertugas untuk melakukan ritual-ritual adat yang berkaitan dengan pembuatan kapal, seperti memilih kayu, menanam paku pertama, dan meluncurkan kapal ke laut.
Proses pembuatan kapal pinisi bisa memakan waktu antara 6 hingga 12 bulan, tergantung dari ukuran, desain, dan ketersediaan bahan baku. Proses pembuatan kapal pinisi biasanya dilakukan di bibir pantai, agar kapal bisa langsung digunakan setelah selesai dibuat.