jfid – Tahun 2024 baru saja dimulai, namun dunia sudah dikejutkan oleh serangkaian gempa bumi yang melanda berbagai wilayah, mulai dari Jepang, Indonesia, hingga Amerika Selatan.
Gempa bumi terkuat terjadi di Laut Jepang pada 1 Januari 2024, dengan magnitudo 7,5 yang menewaskan 57 orang dan melukai ratusan lainnya. Gempa bumi ini juga memicu tsunami dengan ketinggian 1,2 meter yang menghantam pesisir Prefektur Ishikawa.
Di Indonesia, gempa bumi berkekuatan 4,5 mengguncang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada malam pergantian tahun baru.
Gempa bumi ini menyebabkan kerusakan pada 395 rumah dan 69 rumah roboh. Selain itu, gempa bumi juga terjadi di Kupang, Nusa Tenggara Timur, dengan magnitudo 5,1 pada 2 Januari 2024.
Apa yang menyebabkan gempa bumi serentak ini? Apakah ini ada kaitannya dengan perubahan iklim yang semakin parah? Ataukah ini merupakan bukti dari teori ilmuan China yang mengklaim bahwa inti Bumi bergeser setiap 8,5 tahun?
Menurut Dr. Dunstone, ilmuwan dari Kantor Meteorologi Inggris, gempa bumi di Jepang disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik Eurasia dan Pasifik yang saling bertabrakan. Gempa bumi ini tidak terkait dengan perubahan iklim atau goyangan inti Bumi yang ditemukan oleh ilmuwan China.
Goyangan inti Bumi adalah fenomena yang terjadi akibat ketidakselarasan antara inti dalam dan mantel Bumi, yang menyebabkan inti Bumi berputar lebih cepat dan tergelincir ke arah barat laut. Goyangan ini berlangsung selama 8,5 tahun dan dapat mempengaruhi medan magnet Bumi, aktivitas vulkanik, dan seismik.
Namun, Dr. Dunstone menegaskan bahwa goyangan inti Bumi tidak berbahaya bagi manusia secara langsung, dan tidak menyebabkan gempa bumi. Gempa bumi dipicu oleh pergerakan lempeng tektonik di permukaan Bumi, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti gaya gravitasi, panas, dan tekanan.
Perubahan iklim juga tidak secara langsung menyebabkan gempa bumi, namun dapat memperburuk dampaknya.
Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, serta peristiwa El Nino yang signifikan, yang merupakan fenomena pemanasan air di Samudra Pasifik. Perubahan iklim ini dapat menyebabkan cuaca ekstrem, kelaparan, penyakit, migrasi, konflik, dan kematian.