jfid – Jam Gadang adalah salah satu ikon Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, yang memiliki nilai sejarah, arsitektur, dan budaya yang tinggi.
Menara jam ini dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina kepada sekretaris kota Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) yang bernama Hendrik Roelof Rookmaaker.
Jam Gadang dirancang oleh arsitek asli Minangkabau, Yazid Rajo Mangkuto, dengan gaya Eropa dan Melayu, serta ornamen khas Minangkabau. Jam Gadang memiliki tinggi 27 meter dan terdapat jam berdiameter 80 cm di empat sisinya.
Jam tersebut digerakkan oleh mesin yang dibuat oleh pabrik Vortmann Recklinghausen di Jerman, yang hanya ada dua unit di dunia. Unit lainnya digunakan di menara jam Big Ben di London, Inggris.
Jam Gadang juga menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, seperti pengibaran bendera merah putih pada tahun 1945, demonstrasi nasi bungkus pada tahun 1950, dan pembantaian 187 warga setempat oleh militer Indonesia pada tahun 1959. Jam Gadang juga mengalami beberapa perubahan bentuk atap sepanjang masa.
Awalnya berbentuk bulat dengan patung ayam jantan di atasnya, kemudian diubah menjadi berbentuk Shinto oleh Jepang, dan akhirnya menjadi berbentuk gonjong seperti rumah gadang oleh Indonesia.
Saat ini, Jam Gadang menjadi objek wisata yang menarik banyak pengunjung, baik lokal maupun asing. Jam Gadang terletak di tengah Taman Sabai Nan Aluih, dekat dengan Pasar Ateh dan istana Mohammad Hatta.
Di sekitar Jam Gadang, terdapat berbagai jenis souvenir yang menggambarkan menara jam ini. Jam Gadang juga menjadi tempat untuk mengumandangkan adzan pada bulan Ramadhan dan menggelar acara-acara umum lainnya.
Jam Gadang merupakan simbol kejayaan masa lalu yang masih berdiri tegak hingga kini. Jam Gadang menunjukkan kekayaan budaya Minangkabau yang mampu bersinergi dengan pengaruh asing.
Jam Gadang juga menjadi lambang perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dan identitasnya. Jam Gadang layak untuk dilestarikan dan dihargai sebagai warisan bangsa yang tak ternilai.