jfid – Perang antara Israel dan Hamas telah memasuki minggu kedua, dengan korban jiwa terus bertambah dan ketakutan akan invasi darat Israel ke Gaza semakin besar. Bagaimana perang ini bermula dan apa yang menjadi pemicunya?
Serangan Mendadak Hamas
Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan operasi militer besar-besaran ke wilayah Israel. Penembakan ribuan roket ke kota-kota Israel diikuti oleh serangan darat, udara, dan laut, dengan pejuang-pejuangnya menembus pagar perbatasan yang sangat berpengamanan dan masuk ke dalam wilayah yang dikuasai Israel.
Mereka menyerang instalasi militer dan sementara waktu menguasai beberapa permukiman. Jumlah korban tewas di pihak Israel telah melebihi 1.200 orang, termasuk lebih dari 120 tentara; puluhan sandera Israel juga dibawa ke Jalur Gaza. Perencanaan operasi ini memakan waktu antara beberapa bulan hingga dua tahun, menurut berbagai keterangan dari para pemimpin Hamas.
Kedalaman dan besarnya serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya dan mengejutkan Israel. Ini adalah reaksi terhadap perubahan dinamika regional dan agresi Israel yang semakin meningkat.
Pemicu Serangan
Serangan Hamas dipicu oleh tiga faktor. Pertama, kebijakan pemerintah Israel yang sayap kanan jauh yang memfasilitasi kekerasan pemukim di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem menyebabkan rasa putus asa di kalangan warga Palestina dan tuntutan untuk bereaksi.
Pada saat yang sama, meningkatnya ketegangan di Tepi Barat akibat kebijakan-kebijakan ini mengharuskan pergeseran pasukan Israel dari selatan ke utara untuk menjaga permukiman-permukiman. Hal ini memberi Hamas alasan dan kesempatan untuk menyerang.
Kedua, kepemimpinan Hamas merasa terpaksa bertindak karena percepatan normalisasi Arab-Israel. Dalam beberapa tahun terakhir, proses ini semakin mengurangi pentingnya isu Palestina bagi para pemimpin Arab yang menjadi kurang bersemangat untuk menekan Israel pada masalah ini.
Jika kesepakatan normalisasi Saudi-Israel telah disepakati, itu akan menjadi titik balik dalam konflik Arab-Israel, yang mungkin menghapus peluang lemah untuk solusi dua negara. Ini juga bagian dari perhitungan Hamas.
Ketiga, Hamas merasa berani setelah berhasil memperbaiki hubungannya dengan Iran. Setelah krisis Suriah, hubungan antara kedua belah pihak memburuk karena posisi mereka yang berbeda terhadap rezim Bashar al-Assad. Namun, sejak tahun lalu, Iran telah meningkatkan bantuannya kepada Hamas, termasuk transfer senjata dan teknologi roket.
Sasaran Serangan
Meskipun Hamas mungkin tampak telah memenuhi tujuan jangka pendeknya untuk menahan pelanggaran Israel terhadap Masjid Al-Aqsa dan mengambil sandera untuk tawar-menawar pembebasan tahanan politik Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, tampaknya tidak memiliki rencana akhir jangka panjang.
Respons keras dari Israel masih berlangsung – sudah menewaskan lebih dari 950 orang Palestina – tetapi lebih cepat atau lambat harus berakhir dengan mediasi.
Salah satu sasaran utama serangan Hamas adalah festival musik Supernova di Tel Aviv, yang dihadiri oleh ribuan orang pada malam 7 Oktober. Pejuang-pejuang Hamas menyusup ke festival tersebut dengan menyamar sebagai staf keamanan dan membunuh puluhan orang sebelum melarikan diri dengan membawa beberapa sandera.
Serangan ini menjadi pemicu konflik saat ini dan menjadi subjek dokumenter baru yang diproduksi oleh studio Israel Sipur.
Dampak Serangan
Serangan-serangan Hamas telah menyebabkan kerusakan besar di Israel, baik secara fisik maupun psikologis. Sistem pertahanan udara Iron Dome tidak mampu menghentikan semua roket yang ditembakkan dari Gaza, dan banyak yang mengenai bangunan-bangunan sipil, termasuk rumah sakit dan sekolah.
Serangan darat juga menimbulkan rasa takut dan trauma di kalangan warga Israel, yang merasa tidak aman di mana pun mereka berada. Banyak yang mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman atau mencari perlindungan di tempat-tempat perlindungan.
Di sisi lain, serangan-serangan Israel telah menyebabkan bencana kemanusiaan di Gaza, yang sudah menderita karena blokade Israel dan Mesir selama lebih dari satu dekade. Serangan udara Israel telah meratakan seluruh lingkungan, termasuk sekolah dan masjid.
Israel mengatakan bahwa ia menyerang target-target Hamas dan bahwa kelompok itu telah menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia. Serangan-serangan Israel telah menewaskan setidaknya 2.670 orang di Gaza, dan melukai lebih dari 9.600 orang lainnya. Hampir 1 juta warga Palestina di Gaza telah dipaksa meninggalkan rumah mereka, kata PBB.
Prospek Perdamaian
Perang antara Israel dan Hamas tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, meskipun ada upaya mediasi dari berbagai pihak, termasuk Mesir, Qatar, Turki, dan Amerika Serikat. Israel mengatakan bahwa ia akan terus menyerang Gaza sampai Hamas menyerah dan menghentikan serangan roketnya.
Hamas mengatakan bahwa ia akan terus melawan sampai Israel mengakhiri blokade Gaza dan membebaskan tahanan-tahanannya. Kedua belah pihak tampaknya tidak bersedia untuk melakukan kompromi atau bernegosiasi.
Sementara itu, konflik ini juga berdampak pada situasi di Tepi Barat, Yerusalem, dan Israel sendiri, di mana ada ketegangan antara warga Yahudi dan Arab. Ada laporan tentang kekerasan antar-komunal, pembakaran masjid dan sinagoge, dan protes massal.
Otoritas Palestina, yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas, tampaknya tidak berdaya untuk menghentikan perang atau membela rakyatnya. Abbas mengatakan bahwa tindakan dan kebijakan kelompok Hamas tidak mewakili rakyat Palestina.
Perang ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan keterlibatan regional dari negara-negara lain, terutama Iran. Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Teheran tidak akan tinggal diam dalam perang ini, dan memperingatkan Israel dan Amerika Serikat tentang kerugian besar jika konflik ini meningkat.
Perang ini adalah perang yang tidak ada pemenangnya, hanya korban jiwa dan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya. Ini adalah perang yang harus dihentikan sebelum terlambat.