Jfid – Pada tanggal 30 Mei 2024, nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan dan mencapai level Rp 16.265 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan ini diperkirakan akan semakin parah karena konflik di Timur Tengah belum usai.
Beberapa faktor yang memengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah adalah ketegangan di Timur Tengah, terutama serangan Israel terhadap Rafah, Palestina.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah memberikan ultimatum kepada Israel agar tidak melakukan penyerangan, dan Jerman bahkan siap menangkap Perdana Menteri Israel jika diberikan wewenang.
Konflik ini juga berdampak pada kenaikan harga minyak mentah dunia, yang dapat mengerek harga minyak hingga mencapai level US$100 per barel.
Dari sisi internal, konflik di Timur Tengah juga mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia.
Jalur perdagangan mengalami hambatan karena Laut Merah melakukan pengawasan terhadap kapal-kapal asing, dan harga komoditas yang terus mengalami penurunan juga berdampak pada ekspor Indonesia.
Sementara itu, Bank Sentral Amerika diperkirakan akan tetap bertahan dengan suku bunga tinggi dan berpotensi menaikkan suku bunga.
Faktor lesunya Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga akan membuat dolar AS dan imbal hasil (yield) obligasi AS terus mengalami peningkatan.
Dengan situasi ini, perlu kewaspadaan dan pemahaman yang baik dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah.
Semoga informasi ini membantu Anda memahami kondisi ekonomi saat ini