Lombok Tengah,- Industri pedesaan saat ini menjadi ikon baru yang mesti di geluti. Beberapa corak industri pedesaan yang bisa menjadi solusi pundi-pundi perekonomian masyarakat, seperti industri kerajinan dan industri kreatif.
Keberadaan industri kerajinan kain tenun mulai di geluti masyarakat Desa. Tipologi industri ini meskipun memakan waktu yang agak lama, akan tetapi untuk penggiat ekonomi UMKM ke bawah menjadi penawaran yang sangat menarik.
Keberadaan industri kain tenun tersebut, bisa di cek, di setiap kampung khususnya di Lombok Tengah keberadaan para pembuat kain tenun ditemukan, rata-rata per kampung 10-20 orang pembuat kain tenun.
Berbicara masalah pasar, industri kain tenun di kampung-kampung dan pedesaan, masih dalam zona pasar setempat. Akan tetapi di Lombok Tengah sendiri, terdapat Desa tenun yang memproduksi hasil tenun nya seperti Desa Sukarare, yang sudah terkenal dengan hasil produksi kain tenun nya.
Dipandang secara ekonomi, pengerajin bisa memproduksi hasi tenun dengan 3/5 buah dalam 1 bulan, dengan variasi harga Rp. 700.000 per buah. Jika di kalkulasikan, maka penghasilan pengerajin dalam 1 bulan adalah Rp. 2.100.000/ 3.500.000 per bulan, potong modal bahan baku.
“rata-rata, paling rendah Rp. 1.600.000 per bulan,” tandas Ibu Fahrul Maulana, Pengerajin Kain Tenun.
Ibu Fahrul Maulana menjelaskan, kisaran harga yang di tawarkan bervariasi, tergantung jenis, bentuk serta kwalitas dari kain tenun tersebut.
“harga yang saya sebut diatas, saya jual paling rendah, sedangkan untuk hasil kain tenun yang paling mahal itu adalah songket, biasanya saya jual Rp. 1.500.000 per buah, sebab waktu pengerjaanya agak lama dan ribet” cetus Ibu Fahrul.
Dari proses pembuatan, ditegaskan bahwa tidak ada permasalahan, hanya saja sarana dan prasarana serta pemasaran hasilnya masih seputar kampung dan Desa nya.
“kalau pemuatan dan prosesnya tidak ada masalah, sebab sudah terbiasa, akan tetapi yang jadi masalah adalah kami di kampung masih menggunakan alat tradisional, seperti pemintal benangnya masih menggunakan manual, dan semuanya masih tradisional. Selain itu, pasar yang kami pakai adalah pasar di sekitar kampung ini saja” urai Ibu Fahrul Maulana.
Diakuinya, Pekerjaan membuat kain tenun yang dia jalani adalah pekerjaan sampingan.
“saya buat kain tenun hanya mengisi waktu luang saja, setelah tidak ada pekerjaan di sawah, setiap hari saya membuat kain tenun sampai 2/3 jam/hari” cetusnya.
Melihat pengakuan dari pengerajin tenun yang tinggal di Dusun Patre, Mangkung, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah ini, maka industri kain tenun layak untuk di kembangkan sebagai penopang kebangkitan perekonomian masyarakat Desa.
“cukup untuk biaya sehari-hari dan belanja anak-anak, hanya saja membuat kain tenun ini membutuhkan waktu yang agak lama, sekaligus ketelitian, sebab salah merangkai benang akan berefek kepada kwalitas kain” tandasnya.
Semoga dengan potensi-potensi industri masyarakat pedesaan ini, pemerintah bisa melirik keberadaan industri kain tenun ini baik dalam bentuk program berkelanjutan ataupun pembinaan khusus kepada pengerajin, khususnya di Desa-desa dan kampun-kampung.
Laporan: Muh Rizwan