Helikopter Rusia Terbakar di Tengah Salju Tebal: Apakah Ini Serangan Balasan atau Kesalahan?

Lukman Sanjaya By Lukman Sanjaya
4 Min Read
Russian Helicopter Engulfed in Thick Snow: Retaliation or Mistake?
Russian Helicopter Engulfed in Thick Snow: Retaliation or Mistake?
- Advertisement -

jfid – Keindahan salju yang menyelimuti Ukraina kini menjadi saksi bisu dari peristiwa dramatis yang menggemparkan dunia.

Sebuah rekaman video yang viral di media sosial memperlihatkan momen mengerikan ketika helikopter Rusia terbakar dan jatuh ke tanah setelah disambar rudal.

Video tersebut terlihat sebagai bagian dari serangan udara massal yang dilancarkan Rusia di Ukraina pada hari Senin (10/10).

Namun, muncul pertanyaan esensial: Apakah peristiwa ini benar-benar serangan balasan atau justru sebuah kesalahan?

Ad image

Apakah helikopter yang terkena dampak ini merupakan salah satu dari model helikopter serang Rusia seperti KA-52 atau Mi-24, yang cenderung rentan terhadap serangan rudal portabel?

Apakah rudal yang digunakan adalah Manpads atau justru rudal portabel anti-serangan udara IGLA yang disebut dimiliki oleh pasukan Ukraina?

Dan apa motif yang mendasari serangan ini?Untuk menjawab sejumlah pertanyaan krusial ini, kita perlu mengupas latar belakang dan konteks dari konflik antara Rusia dan Ukraina.

Konflik ini telah berlangsung sejak tahun 2014 ketika Rusia mengambil alih Krimea dan memberikan dukungan pada gerakan pemberontakan separatis di wilayah Donbass.

Di sisi lain, Ukraina bersikeras untuk mempertahankan kedaulatan mereka atas kedua wilayah tersebut, dengan upaya keras untuk merebut kembali kendali dengan bantuan negara-negara Barat.

Tahun 2022 menjadi periode puncak ketegangan saat Rusia melancarkan invasi skala besar ke Ukraina, dengan melibatkan pasukan darat, laut, dan udara.

Serangan ini ditujukan pada berbagai infrastruktur vital di Ukraina, termasuk pelabuhan, jembatan, bandara, serta kota-kota besar.

Serangkaian serangan ini tidak hanya menimbulkan kerugian material, namun juga menelan korban jiwa di kalangan warga sipil dan militer Ukraina.

Salah satu kisah paling mencolok dalam korban jiwa adalah kematian Mayor Jenderal Andrei Sukhovitsky, komandan Divisi Lintas Udara Rusia ke-7.

Beliau gugur dalam pertempuran di Krasnodar pada 5 Maret 2022, ditembak oleh seorang penembak jitu militer Ukraina.

Sukhovitsky adalah salah satu tokoh militer senior Rusia yang aktif dalam kampanye militer di Suriah serta menjabat sebagai wakil komandan Campuran ke-41 Angkatan Darat.

Serangkaian serangan udara massal ini telah memicu reaksi tegas dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat.

Mereka memberikan dukungan militer kepada Ukraina dengan menyediakan senjata, logistik, dan pelatihan.

Tidak hanya itu, sanksi ekonomi juga diberlakukan terhadap Rusia dengan menghambat akses pasar energi mereka.

Sikap Barat yang dinilai sebagai ancaman oleh Rusia mendorong Putin untuk bersumpah memberikan respons yang “keras” dan “proporsional” jika serangan lebih lanjut mengancam keamanan negaranya.

Presiden Rusia itu menyatakan bahwa pasukannya akan mengincar infrastruktur energi utama dan fasilitas militer dalam serangan balasan menggunakan “senjata presisi”.

Ini merupakan reaksi atas apa yang disebutnya sebagai tindakan “teroris” yang dilakukan oleh pihak Kyiv, dalam upaya mereka untuk menolak invasi Moskow.

Salah satu insiden yang dianggap sebagai tindakan “teroris” oleh Kyiv adalah serangan yang terjadi pada Sabtu (08/10) di sebuah jembatan yang menghubungkan Rusia dengan Semenanjung Krimea yang telah diduduki.

Diduga, serangan ini dilakukan oleh agen khusus Ukraina dengan menggunakan drone atau roket anti-tank.

Serangan tersebut berhasil merusak sebagian besar struktur jembatan dan menimbulkan kerugian materiil bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam konflik ini.

- Advertisement -
Share This Article