jfid – Persaingan di sektor e-commerce di Asia Tenggara semakin sengit. Dua raksasa digital, GoTo dan Shopee, saling bersaing untuk merebut hati konsumen dan pedagang online. Keduanya mengklaim memiliki pangsa pasar yang besar dan pertumbuhan yang pesat.
Namun, siapa sebenarnya yang lebih unggul di antara keduanya? Apa strategi yang mereka gunakan untuk menghadapi tantangan dan peluang di industri ini? Dan bagaimana dampaknya bagi para pemangku kepentingan lainnya, seperti investor, regulator, dan masyarakat?
GoTo: SuperApp yang Berambisi Menjadi “Amazon-nya Indonesia”
GoTo adalah hasil merger antara dua unicorn Indonesia, Gojek dan Tokopedia, yang resmi diluncurkan pada Mei 2023.
GoTo menggabungkan layanan transportasi, logistik, pembayaran, belanja online, hingga hiburan dalam satu platform. GoTo mengklaim memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan, 11 juta mitra pengemudi dan pedagang, serta 2 juta mitra UMKM di seluruh Indonesia.
GoTo memiliki visi untuk menjadi “Amazon-nya Indonesia”, yaitu perusahaan e-commerce terbesar dan terintegrasi di negara ini. GoTo berharap dapat memanfaatkan sinergi antara Gojek dan Tokopedia untuk meningkatkan loyalitas pelanggan, menjangkau pasar yang lebih luas, dan meningkatkan efisiensi operasional.
GoTo juga berencana untuk melantai di bursa saham AS dan Indonesia pada tahun 2024, dengan valuasi yang diperkirakan mencapai US$ 40 miliar.
Namun, GoTo juga menghadapi tantangan yang tidak ringan. Salah satunya adalah persaingan dengan Shopee, yang merupakan pemimpin pasar e-commerce di Asia Tenggara.
Shopee memiliki keunggulan dalam hal pemasaran, inovasi, dan ekspansi regional. Selain itu, GoTo juga harus mengatasi masalah regulasi, infrastruktur, dan sumber daya manusia yang masih kurang memadai di Indonesia.
Shopee: Raja E-Commerce yang Tak Kenal Lelah Berinovasi
Shopee adalah anak perusahaan dari Sea Ltd, sebuah perusahaan internet yang berbasis di Singapura. Shopee beroperasi di enam negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina, serta Taiwan. Shopee menawarkan berbagai produk dan layanan, mulai dari fashion, elektronik, kecantikan, hingga game online.
Shopee mengklaim memiliki pangsa pasar terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai transaksi bruto (GMV) sebesar US$ 78,5 miliar pada tahun 2023, naik 6,8% dari tahun sebelumnya.
Shopee juga mengatakan bahwa jumlah pesanan bruto yang diproses melalui platformnya mencapai 8,2 miliar pada tahun 2023, naik 8,8% dari tahun sebelumnya.
Shopee juga berhasil mencatatkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang positif sebesar US$ 213,8 juta pada tahun 2023, setelah sebelumnya merugi US$ 1,7 miliar pada tahun 2022.
Shopee memiliki strategi yang agresif dan inovatif untuk memenangkan pasar e-commerce di Asia Tenggara.
Shopee gencar melakukan kampanye pemasaran, seperti memberikan diskon, kupon, dan cashback, serta menggandeng selebriti dan influencer untuk meningkatkan brand awareness dan traffic.
Shopee juga terus mengembangkan fitur-fitur baru, seperti Shopee Live, Shopee Mall, Shopee Pay, dan Shopee Games, untuk meningkatkan pengalaman belanja dan loyalitas pelanggan.
Shopee juga berambisi untuk mengembangkan bisnisnya di luar Asia Tenggara, seperti di Brasil, India, dan Timur Tengah.
Namun, Shopee juga tidak bisa berpuas diri dengan pencapaiannya. Shopee harus bersiap menghadapi ancaman dari GoTo, yang merupakan pesaing terdekatnya di Indonesia, pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara.
Shopee juga harus berhati-hati dengan regulasi yang berubah-ubah di setiap negara, serta persaingan dengan pemain lokal yang lebih mengerti kebutuhan dan preferensi konsumen.
Siapa yang Akan Menang?
Pertarungan antara GoTo dan Shopee di sektor e-commerce di Asia Tenggara masih terbuka. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta tantangan dan peluang yang berbeda-beda. Keduanya juga terus berinovasi dan berinvestasi untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar mereka.
Namun, yang lebih penting dari siapa yang akan menang adalah bagaimana dampaknya bagi para pemangku kepentingan lainnya, seperti investor, regulator, dan masyarakat. Investor tentu mengharapkan kinerja dan valuasi yang baik dari kedua perusahaan.
Regulator tentu menginginkan perlindungan dan pemberdayaan bagi konsumen dan pedagang online. Dan masyarakat tentu mengharapkan manfaat dan kemudahan dari layanan e-commerce.
Oleh karena itu, GoTo dan Shopee harus berkompetisi secara sehat dan bertanggung jawab, serta berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan ekosistem e-commerce yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan di Asia Tenggara. Dengan begitu, semua pihak dapat menikmati hasil dari pertumbuhan industri ini, dan tidak ada yang merasa dirugikan atau ditinggalkan.