jfid – Sejak November 2023, gerakan boikot produk Israel semakin menguat di platform media sosial Instagram.
Dukungan untuk gerakan ini terus berkembang, dipicu oleh beberapa brand yang diduga memiliki hubungan dengan Israel, serta figur publik yang dianggap mendukung entitas tersebut.
Meskipun belum ada data resmi mengenai dampaknya terhadap penjualan produk Israel, gerakan ini telah menarik perhatian banyak pihak dan menimbulkan perdebatan yang luas.
Salah satu faktor pemicu gerakan boikot ini adalah ketika beberapa brand, seperti McDonald’s Israel yang diketahui menyumbangkan makanan untuk tentara Israel, mendapatkan sorotan negatif.
Selain itu, figur publik seperti Choi Siwon dari Super Junior juga menjadi sasaran boikot karena terlibat dalam promosi Starbucks, sebuah perusahaan yang juga terhubung dengan Israel.
Munculnya gerakan boikot ini memicu perdebatan yang kompleks. Beberapa pihak mendukung gerakan ini sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dan penolakan terhadap kebijakan Israel terhadap wilayah tersebut.
Namun, ada juga yang mempertanyakan efektivitas menggunakan platform media sosial seperti Instagram, yang dimiliki oleh perusahaan-pro pergi Israel.
Salah satu pendapat dari aktivis sosial, Aisha Khan, menyatakan, “Meskipun Instagram merupakan media yang efektif untuk menggalang dukungan, kita juga harus menyadari bahwa platform tersebut memiliki pemilik yang memiliki kepentingan bisnis yang berpotensi bertentangan dengan tujuan gerakan ini.”
Meskipun belum ada data resmi mengenai dampaknya terhadap ekonomi Israel, gerakan ini telah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya kalangan Gen Z, tentang konflik Palestina-Israel.
Hal ini terlihat dari aktivitas yang semakin gencar di platform Instagram, di mana Gen Z memanfaatkan media sosial tersebut untuk menyebarkan informasi dan menggalang dukungan.
Gen Z, dengan kecanggihan teknologi dan kepedulian sosialnya, menjadi motor penggerak utama di balik gerakan boikot ini.
Mereka aktif memanfaatkan media sosial, khususnya Instagram, sebagai alat untuk menyebarkan informasi, memobilisasi aksi, dan menekankan pentingnya dukungan terhadap Palestina.
Sebagai contoh, Sarah Aziz, seorang mahasiswa dan aktivis Gen Z, mengungkapkan, “Instagram bukan hanya sekadar tempat berbagi foto, tetapi juga alat untuk menyuarakan keadilan sosial.
ami, sebagai Gen Z, merasa tanggung jawab untuk berdiri bersama Palestina melawan penindasan.”
Gerakan boikot produk Israel di Instagram menjadi bukti kekuatan sosial media dalam memobilisasi dukungan dan kesadaran terhadap isu-isu global.
Meskipun masih diperdebatkan, terutama dalam hal efektivitasnya, gerakan ini menunjukkan bahwa Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan perubahan dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial melalui platform media sosial.