Gelombang Boikot Puma Membesar, Seret Masalah Palestina-Israel

zing By zing
3 Min Read
Gelombang Boikot Puma Membesar, Seret Masalah Palestina-Israel
Gelombang Boikot Puma Membesar, Seret Masalah Palestina-Israel
- Advertisement -

jfid – Dalam ketegangan konflik Palestina-Israel yang memanas, gelombang boikot global menghantam produsen pakaian olahraga ternama, Puma.

Aksi ini menyoroti bagaimana perusahaan multinasional kerap terseret dalam pusaran konflik geopolitik yang pelik.

Seperti nyala api yang merambat, gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) semakin mengepung Puma.

Mereka menuduh perusahaan asal Jerman tersebut telah memberikan “legitimasi internasional” terhadap aktivitas Asosiasi Sepak Bola Israel (IFA), yang mencakup klub-klub di pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat.

Ad image

Dalam nuansa emosi yang menggelegak, aktivis BDS menyerukan dunia untuk memboikot Puma, yang selama ini menjadi sponsor tunggal tim nasional sepak bola Israel.

Sebuah narasi yang menyayat, mengingat bagaimana olahraga seringkali menjadi panggung politik sangat pahit.

Namun, di balik aksi tersebut, tersembunyi sebuah kisah yang lebih kompleks. Puma baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri sponsorship dengan Timnas Israel mulai 2024.

Sebuah keputusan yang konon telah diambil jauh sebelum gejolak terbaru meledak pada 7 Oktober lalu.

“Ada dua tim nasional yang baru dikontrak dan kami akan umumkan pada akhir tahun ini dan pada 2024, karena itu kontrak beberapa federasi seperti Serbia dan Israel akan berakhir pada tahun 2024,” terang juru bicara Puma, dengan bahasa yang cakap menepis tuduhan.

Dalam lakon tragedi ini, setiap kata menoreh luka baru. BDS tetap mengampanyekan boikot,

mengkritik dukungan Puma terhadap IFA sebagai “mendukung pelanggaran hak asasi manusia dan hukum internasional di luar lapangan, serta memungkinkan rezim pemukiman Israel untuk terus berkembang.”

Sementara di sisi lain, Puma membela diri bahwa keputusan meninggalkan Timnas Israel merupakan bagian dari strategi bisnis normal. Dua narasi yang bertabrakan, dalam panggung konflik yang tak kunjung usai.

Dalam nuansa kepahitan ini, kita diingatkan bahwa seringkali, bisnis dan politik bersilangan dalam cara yang tak terelakkan.

Sebuah dilema moral yang merayap, di mana setiap pilihan menyakiti yang lain. Akankah Puma mampu menavigasi jalur sempit ini dengan cakap? Hanya waktu yang dapat menjawab.

- Advertisement -
Share This Article