jfid – Restoran cepat saji Subway telah menjadi ikon global dengan menu andalannya, sandwich. Namun, sejarah dan keterlibatan Subway dalam isu politik, khususnya terkait konflik Israel-Palestina, masih menjadi perdebatan.
Subway, awalnya dikenal sebagai “Pete’s Super Submarines”, didirikan oleh Fred DeLuca dan Dr. Peter Buck pada tahun 1965 di Bridgeport, Connecticut, Amerika Serikat.
Tiga tahun kemudian, restoran ini berganti nama menjadi Subway dan memulai bisnis waralaba pada tahun 1974.
Dengan konsep sandwich yang sehat dan rendah lemak, Subway meraih popularitasnya terutama pada tahun 90-an hingga awal 2000-an.
Namun, di tengah kesuksesannya, Subway menghadapi tantangan. Penjualan Subway mengalami penurunan signifikan pada tahun 2014, disebabkan oleh persaingan antar lokasi waralaba yang berdekatan.
Pada tahun 2018, lebih dari seribu gerai Subway di Amerika Serikat terpaksa ditutup karena penurunan penjualan. Meskipun demikian, Subway berhasil bangkit kembali setelah pandemi COVID-19, dengan lebih dari 22 ribu lokasi di Amerika Serikat.
Kontroversi seputar Subway muncul terutama terkait isu dukungan terhadap Israel. Beberapa sumber mengklaim bahwa Subway telah mendukung Israel selama krisis di Palestina.
Namun, perlu dicatat bahwa hingga saat ini, Subway belum memberikan pernyataan resmi mengenai posisinya dalam konflik tersebut.
Meskipun ada spekulasi tentang keterlibatan Subway dalam isu politik, ada juga sumber yang menyatakan bahwa Subway tetap netral dan lebih fokus pada tujuan finansialnya.
Prinsip korporat Subway terutama terkait dengan operasional bisnis daripada ikatan politik.
Bagi konsumen yang peduli dengan isu politik, termasuk konflik Israel-Palestina, penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau menghubungi Subway langsung untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terkini.
Keputusan untuk memboikot produk tertentu harus dipertimbangkan dengan matang, memperhitungkan dampak dan akibat yang mungkin timbul.
Perlu diingat bahwa informasi dalam artikel ini didasarkan pada hasil pencarian web dan dapat berubah seiring waktu.
Sebagai konsumen, kita memiliki hak untuk membuat keputusan yang sesuai dengan nilai dan keyakinan pribadi kita.