Gandawyuha: Penghikmatan Toleransi dan Spritualitas Nusantara

Tjahjono Widarmanto By Tjahjono Widarmanto
3 Min Read
Gandawyuha: Penghikmatan Toleransi dan Spritualitas Nusantara
Gandawyuha: Penghikmatan Toleransi dan Spritualitas Nusantara
- Advertisement -

jfid – Nusantara, sebuah mozaik budaya dan spiritual yang kaya, telah lama dikenal dengan keberagamannya yang mempesona.

Keberagaman ini bukan hanya sekedar perbedaan yang ada, tetapi juga merupakan akar yang kuat yang menopang karakteristik unik Indonesia.

Jauh sebelum Majapahit mengukir semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, Candi Borobudur telah menggema dengan prinsip “Mitreka Satata”.

Prinsip ini melambangkan kesetaraan dan toleransi antaragama yang telah lama terpatri di Nusantara. Ini adalah bukti bahwa toleransi bukanlah konsep baru, melainkan warisan yang telah lama kita junjung.

Ad image

Religiusitas dan keyakinan spiritual yang tumbuh di tanah Nusantara ini lahir dalam bentuk agama-agama lokal yang beragam. Agama-agama ini adalah ekspresi dari kerinduan mendalam kepada Sang Pencipta, Sang Awal, dan Semesta.

Mereka menjadi panduan dalam interaksi sosial yang harmonis, baik dengan sesama manusia maupun dengan alam semesta, mikrokosmos dan makrokosmos.

Nusantara sebagai entitas budaya memiliki kekayaan yang tak terhingga berkaitan dengan pandangan dan praktik spiritual ini.

Keberagaman ini mengalir pada muara yang sama: esensi pencarian dan penghayatan atas Tuhan. Keberagaman ini juga menjadi dasar dialog antaragama, baik agama lokal dengan agama global yang datang dari berbagai penjuru dunia.

Islam Nusantara menjadi contoh paling nyata dari perjumpaan harmonis antara agama global dengan lokal. Perjumpaan ini tidak hanya menggugah aspek spiritual, tetapi juga menciptakan nuansa kultural yang unik dan berbasis religi.

Perjumpaan serupa juga terjadi antara agama-agama lain, seperti Budha dengan Hindu, Katolik dengan Islam, dan banyak lagi. Dialog-dialog mesra ini memungkinkan tanpa harus mencampuradukkan, karena semua agama memiliki benang merah yang sama.

Konsep-konsep spiritual di Nusantara sangatlah beragam. Misalnya, kita dapat melihat Parmalim dari Batak, Sunda Wiwitan dari Jawa Barat, berbagai aliran Kejawen dari Jawa, Kaharingan dari suku Dayak Kalimantan, Lamaholot dari Flores, Marapu dari NTT, dan masih banyak lagi. Semua ini memiliki dua dimensi penting: dimensi ruhaniah dan dimensi sosial.

Agama-agama lokal di Indonesia merupakan sistem keyakinan spiritual yang telah dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat Nusantara. Mereka adalah agama asli yang telah ada jauh sebelum kedatangan agama-agama global.

- Advertisement -
Share This Article