Game yang Menggugat Status Quo Ini Dikecam oleh Anti Israel

Noer Huda
By Noer Huda - Content Creator
4 Min Read
Game Yang Menggugat Status Quo Ini Dikecam Oleh Anti Israel
Game Yang Menggugat Status Quo Ini Dikecam Oleh Anti Israel
- Advertisement -

jfid – Game adalah salah satu media hiburan yang populer di kalangan masyarakat. Game tidak hanya menyajikan kesenangan, tetapi juga dapat menjadi sarana edukasi, ekspresi, dan kritik sosial.

Namun, game juga dapat menimbulkan kontroversi, terutama jika berkaitan dengan isu-isu sensitif seperti agama, politik, dan kekerasan.

Salah satu game yang menarik perhatian publik adalah Fursan al-Aqsa: The Knights of the Al-Aqsa Mosque, sebuah game aksi yang mengangkat konflik Israel-Palestina dari perspektif Palestina.

Game ini dikembangkan oleh Nidal Nijm Games, sebuah studio indie yang berbasis di Brasil. Game ini dirilis pada 18 April 2022 di Steam, platform game online terbesar di dunia.

Game ini bercerita tentang Ahmad al-Falastini, seorang mahasiswa Palestina yang disiksa dan dipenjara oleh tentara Israel selama lima tahun, kehilangan seluruh keluarganya akibat serangan udara Israel, dan kemudian membalas dendam dengan bergabung dengan gerakan perlawanan Palestina yang disebut Fursan al-Aqsa: The Knights of the Al-Aqsa Mosque.

Game ini menampilkan gameplay yang menggabungkan tembak-menembak, pertarungan jarak dekat, dan stealth. Game ini juga memiliki grafis yang realistis, suara yang dramatis, dan musik yang menggugah.

Game ini mendapat pujian dari sebagian penggemar game, yang mengapresiasi keberanian pembuatnya dalam menyuarakan isu yang jarang dibahas di media mainstream.

Game ini juga dianggap sebagai bentuk protes terhadap pendudukan militer Israel atas tanah Palestina, yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Game ini juga menawarkan sudut pandang yang berbeda dari stereotip yang sering menggambarkan Muslim dan Arab sebagai teroris, bandit, atau penjahat, dan Amerika/Israel sebagai “pahlawan” dan “tokoh baik” dalam sejarah.

Namun, game ini juga menuai kritik dari sebagian lainnya, yang menganggap game ini sebagai propaganda anti-Semit, provokasi kekerasan, dan penghinaan terhadap agama.

Game ini juga dikecam oleh beberapa politisi dan aktivis, yang meminta Steam untuk menarik game ini dari platformnya. Beberapa negara juga melarang game ini untuk diedarkan di wilayahnya.

Pembuat game ini, Nidal Nijm, mengklaim bahwa game ini tidak bermaksud untuk mempromosikan kebencian terhadap Yahudi atau kelompok lain, melainkan hanya sebagai pesan protes terhadap pendudukan militer Israel.

Ia juga menegaskan bahwa semua karakter, seni, dan cerita dalam game ini adalah fiksi belaka, dan tidak ada hubungannya dengan orang, kelompok, atau organisasi nyata.

Ia juga menyatakan bahwa game ini tidak mengandung gambar-gambar yang berisi konten seksual, narkoba, penghinaan agama, ujaran kebencian, propaganda anti-Semit, propaganda Nazi, atau pujian terhadap kelompok teroris dan/atau tindakan melanggar hukum lainnya.

Ia juga mengatakan bahwa game ini telah mendapat persetujuan dari Departemen Kehakiman Brasil, Sektor Penilaian Usia, untuk dirilis.

Game ini merupakan salah satu contoh dari game yang berani mengambil risiko untuk menyampaikan pesan yang kontroversial dan menantang status quo.

Game ini juga menunjukkan bahwa game dapat menjadi media yang efektif untuk mengkomunikasikan ide, nilai, dan pandangan dunia.

Game ini juga mengajak kita untuk merefleksikan kembali tentang konflik yang terjadi di dunia, dan bagaimana kita dapat berempati dengan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Game ini juga mengingatkan kita bahwa game tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga seni dan politik.

- Advertisement -
Share This Article