Festival Kuliner Non-Halal di Solo Kembali Digelar dengan Pengawasan Ketat

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
4 Min Read
Festival Kuliner Non-Halal di Solo Antara Protes dan Pembukaan Kembali (Ilustrasi)
Festival Kuliner Non-Halal di Solo Antara Protes dan Pembukaan Kembali (Ilustrasi)
- Advertisement -

jfid – Solo, sebuah kota yang kaya akan warisan budaya dan kuliner, kembali menggelar Festival Kuliner Non-Halal yang diadakan di Solo Paragon Mall dari tanggal 3 hingga 7 Juli 2024.

Festival ini menampilkan berbagai macam hidangan yang menggugah selera, termasuk beberapa makanan yang jarang ditemukan di luar acara serupa.

Keberagaman Kuliner dan Pengawasan Ketat

Acara ini dimeriahkan oleh 34 tenant yang menyajikan berbagai jenis makanan, dari bakso goreng wong hingga babi panggang TGR 99.

Antusiasme masyarakat terhadap acara ini sangat tinggi, dengan pengunjung yang datang dari berbagai daerah untuk menikmati kuliner khas yang disajikan.

Ad image

Menurut laporan dari Akumpos, festival ini tidak hanya menghadirkan makanan non-halal, tetapi juga menyediakan area yang terpisah untuk makanan halal, memastikan bahwa pengunjung dengan berbagai preferensi dapat menikmati acara ini dengan nyaman dan aman.

Pengawasan terhadap keamanan dan kebersihan makanan menjadi fokus utama penyelenggara.

Lokasi dan proses pembuatan makanan halal dan non-halal dipisahkan secara ketat, memastikan tidak ada kontaminasi silang yang dapat terjadi. Langkah ini diambil untuk menjamin kepuasan dan keamanan semua pengunjung yang hadir.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Selain menjadi ajang pertemuan para pecinta kuliner, festival ini juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi kota Solo.

Dengan ribuan pengunjung yang datang setiap harinya, acara ini menjadi sumber pendapatan tambahan bagi para penjual makanan dan juga menggerakkan sektor pariwisata lokal.

Penyelenggara festival mencatat bahwa acara serupa di kota lain mampu menarik hingga 40 ribu pengunjung dan mencatat transaksi sebesar 3,5 hingga 4 miliar rupiah dalam lima hari penyelenggaraan.

Salah satu pengunjung, Jony Rahardja, menyatakan bahwa festival ini memberinya kesempatan untuk menikmati berbagai kuliner dari luar kota tanpa perlu melakukan perjalanan jauh.

“Dengan adanya festival kuliner ini kami gak perlu lagi beli tiket untuk pergi keluar kota mencicipi makanan dari daerah lain,” ujarnya, mencerminkan kepuasan dan apresiasi terhadap acara ini.

Inovasi dan Teknologi dalam Transaksi

Salah satu inovasi menarik yang dihadirkan dalam festival ini adalah penggunaan sistem transaksi modern yang mempermudah pengunjung. Sistem POS kasir canggih dari AKU MPOS digunakan untuk mengelola transaksi tunai dan non-tunai.

Pengunjung dapat melakukan top-up kartu event untuk pembayaran tunai, serta menggunakan QRIS untuk transaksi non-tunai.

Sistem ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga menjamin keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi di berbagai tenant.

Festival Sebagai Sarana Pelestarian Budaya

Festival Kuliner Non-Halal di Solo tidak hanya menjadi ajang makan-makan, tetapi juga merupakan upaya pelestarian budaya kuliner yang kaya dan beragam.

Dengan menghadirkan makanan legendaris dan viral dari berbagai kota, acara ini menghubungkan masyarakat dengan warisan kuliner yang mungkin belum pernah mereka coba sebelumnya.

Ketua penyelenggara, Asiong Lie, mengungkapkan bahwa festival ini membawa brand kuliner dari kota besar seperti Jakarta dan Bali, memastikan bahwa masyarakat Solo mendapatkan pengalaman kuliner yang otentik dan beragam.

Kesimpulan

Festival Kuliner Non-Halal di Solo menunjukkan bagaimana acara kuliner dapat menjadi lebih dari sekadar tempat untuk menikmati makanan.

Dengan pengawasan ketat, pemisahan area halal dan non-halal, serta penggunaan teknologi modern, festival ini menjadi contoh sukses bagaimana budaya dan inovasi dapat bersatu untuk menciptakan pengalaman yang aman, nyaman, dan memuaskan bagi semua pengunjung.

Bagi para pecinta kuliner, acara ini tidak hanya menawarkan kelezatan, tetapi juga perjalanan kuliner yang kaya akan sejarah dan tradisi.

- Advertisement -
Share This Article