Dampak Boikot Produk Susu Pro-Israel bagi Indonesia

Deni Puja Pranata By Deni Puja Pranata
8 Min Read
- Advertisement -

jfid – Perang antara Israel dan Palestina yang terjadi sejak awal November 2023 telah menimbulkan reaksi keras dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia mengecam keras agresi Israel yang menewaskan ribuan warga sipil Palestina. Salah satu bentuk protes yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah dengan melakukan boikot terhadap produk-produk yang diduga berafiliasi atau mendukung Israel.

Salah satu produk yang menjadi sasaran boikot adalah produk susu. Beberapa merek susu yang beredar di Indonesia, seperti Danone, SGM, dan Frisian Flag, dikabarkan memiliki hubungan dengan Israel, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, Danone diklaim memiliki saham di perusahaan Israel yang memproduksi susu formula untuk bayi. SGM diduga memiliki kantor cabang di Israel dan mendukung penelitian ilmiah di sana. Frisian Flag disebut-sebut sebagai anak perusahaan dari Royal FrieslandCampina, yang juga memiliki kantor di Israel.

Boikot produk susu pro-Israel ini didasari oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Dalam fatwa tersebut, MUI mengharamkan umat Islam untuk mendukung Israel dan tindakan agresinya terhadap Palestina. MUI juga mewajibkan umat Islam untuk mendukung Palestina dalam perjuangan kemerdekaannya. Sebagai bentuk nyata pengharaman dukungan kepada Israel, MUI meminta umat Islam untuk menghindari segala transaksi dan penggunaan produk Israel atau yang terafiliasi pada negara tersebut.

Namun, apakah boikot produk susu pro-Israel ini efektif dan bermanfaat bagi Indonesia? Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh aksi boikot ini, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun kesehatan? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menggunakan data dan fakta yang valid dan terpercaya.

Ad image

Dampak Ekonomi

Dari sisi ekonomi, boikot produk susu pro-Israel dapat berdampak pada penurunan penjualan, produksi, dan pendapatan dari perusahaan-perusahaan yang memproduksi atau mendistribusikan produk susu tersebut. Menurut Ketua Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey, penjualan produk dengan merek-merek tertentu yang dituding pro-Israel telah merosot 15-20 persen dalam waktu kurang dari sebulan. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kinerja ritel dan industri susu di Indonesia.

Selain itu, boikot produk susu pro-Israel juga dapat berdampak pada perdagangan internasional antara Indonesia dan negara-negara lain yang terlibat dalam rantai pasok produk susu. Misalnya, Prancis, yang merupakan negara asal dari Danone, adalah salah satu mitra dagang utama Indonesia di bidang produk susu. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor produk susu dan telur dari Prancis ke Indonesia pada tahun 2022 mencapai 1,2 triliun rupiah, atau sekitar 8,5 persen dari total impor produk susu dan telur Indonesia. Jika boikot berlanjut, maka nilai impor ini dapat berkurang dan berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia.

Di sisi lain, boikot produk susu pro-Israel juga dapat memberikan peluang bagi produk susu lokal untuk meningkatkan pangsa pasar dan daya saingnya. Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri susu lokal, karena memiliki sumber daya alam dan manusia yang cukup. Ia mengatakan, produksi susu sapi perah nasional pada tahun 2022 mencapai 1,6 juta ton, atau sekitar 30 persen dari kebutuhan susu nasional. Jika boikot dapat mendorong konsumen untuk beralih ke produk susu lokal, maka produksi dan kualitas susu lokal dapat meningkat dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Dampak Sosial

Dari sisi sosial, boikot produk susu pro-Israel dapat berdampak pada solidaritas dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap isu-isu global, khususnya yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan kemanusiaan. Boikot dapat menjadi salah satu bentuk ekspresi dan partisipasi masyarakat dalam menentang kezaliman dan ketidakadilan yang dialami oleh rakyat Palestina. Boikot juga dapat menjadi salah satu cara untuk mendukung perjuangan Palestina dalam mempertahankan hak-haknya sebagai bangsa yang berdaulat.

Namun, boikot produk susu pro-Israel juga dapat berdampak negatif pada toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Boikot dapat menimbulkan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda pandangan atau sikap terhadap isu Israel-Palestina. Boikot juga dapat menimbulkan konflik dan kekerasan antara kelompok-kelompok yang pro dan kontra boikot. Hal ini tentu akan merusak harmoni dan persatuan bangsa Indonesia yang beragam dan multikultural.

Oleh karena itu, boikot produk susu pro-Israel harus dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab. Boikot tidak boleh menjadi alat untuk memecah belah atau menyerang kelompok-kelompok tertentu yang berbeda pendapat. Boikot juga tidak boleh menjadi alasan untuk melakukan tindakan-tindakan anarkis atau melanggar hukum. Boikot harus didasari oleh niat yang baik dan tujuan yang mulia, yaitu untuk membela hak-hak dan kepentingan rakyat Palestina.

Dampak Kesehatan

Dari sisi kesehatan, boikot produk susu pro-Israel dapat berdampak pada kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak dan ibu hamil. Susu merupakan salah satu sumber protein, kalsium, vitamin, dan mineral yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Susu juga dapat membantu mencegah dan mengatasi berbagai penyakit, seperti osteoporosis, hipertensi, diabetes, dan kanker. Menurut data Kementerian Kesehatan, konsumsi susu per kapita Indonesia pada tahun 2022 hanya sekitar 15 liter per tahun, atau jauh di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang sebesar 73 liter per tahun.

Jika boikot produk susu pro-Israel mengakibatkan penurunan konsumsi susu di Indonesia, maka hal ini dapat berpengaruh pada kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia. Menurut pakar gizi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Ir. Nurul Muslihah, M.Si., boikot produk susu pro-Israel dapat menyebabkan defisiensi nutrisi, terutama protein dan kalsium, yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak, tulang, dan gigi anak-anak. Boikot juga dapat menyebabkan anemia, kekurangan zat besi, dan gangguan reproduksi pada ibu hamil.

Oleh karena itu, boikot produk susu pro-Israel harus disertai dengan alternatif produk susu lain yang dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Alternatif produk susu ini dapat berupa produk susu lokal, produk susu impor yang tidak terafiliasi dengan Israel, atau produk susu nabati, seperti susu kedelai, susu almond, atau susu kacang hijau. Alternatif produk susu ini harus memiliki kualitas dan kuantitas nutrisi yang setara atau lebih baik dari produk susu yang diboikot. Alternatif produk susu ini juga harus mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat Indonesia.

- Advertisement -
Share This Article