Cinta Tanpa Romantis? Fenomena Friendship Marriage Ala Jepang Jadi Solusi!

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
3 Min Read
Jodoh 2D, Mengungkap Rahasia Angka Hoki dan Tafsir Mimpi 2D untuk Meningkatkan Peluangmu!
Jodoh 2D, Mengungkap Rahasia Angka Hoki dan Tafsir Mimpi 2D untuk Meningkatkan Peluangmu!
- Advertisement -

jfid – Jakarta – Jepang, fenomena baru dalam dunia pernikahan semakin populer. Dikenal dengan istilah ‘Friendship Marriage’, tren ini menawarkan konsep pernikahan yang bebas dari unsur cinta dan seks.

Friendship marriage ini didasarkan pada minat dan nilai yang sama antara dua individu tanpa melibatkan perasaan romantis.

Fenomena Friendship Marriage

Menurut laporan dari Hindustan Times, fenomena friendship marriage banyak diminati oleh generasi muda dengan rata-rata usia 32,5 tahun dan penghasilan di atas Upah Minimum Regional (UMR).

Dalam hubungan ini, pasangan suami istri bisa menjadi pasangan platonis tanpa perlu jatuh cinta atau berhubungan seks.

Ad image

South China Morning Post (SCMP) melaporkan bahwa friendship marriage atau pernikahan persahabatan ini dipilih karena alasan kepentingan bersama.

Konsep ini dianggap sebagai alternatif terhadap pernikahan tradisional oleh kaum muda di Jepang.

Friendship Marriage: Solusi Alternatif

Pasangan yang memilih konsep friendship marriage bisa memutuskan untuk memiliki anak melalui inseminasi buatan. “Friendship marriage ini seperti mencari teman sekamar yang memiliki minat yang sama,” ujar seseorang yang telah menjalani pernikahan persahabatan selama tiga tahun.

Colorus, sebuah agensi yang mengkhususkan diri pada friendship marriage di Jepang, menyatakan bahwa meskipun hubungan ini tidak terlihat romantis, hampir 80 persen pasangan yang memilih tipe hubungan ini merasa bahagia dan puas dengan kehidupan mereka bersama.

Dampak pada Komunitas Aseksual dan Homoseksual

Tren ini juga menarik perhatian individu aseksual dan homoseksual yang mencari alternatif dari pola pernikahan tradisional.

Friendship marriage memberikan solusi bagi mereka yang ingin menghindari ekspektasi konvensional mengenai cinta dan seks dalam pernikahan.

Dengan adanya fenomena ini, masyarakat diajak untuk memahami bahwa setiap individu memiliki pilihan dan kebebasan dalam menentukan bentuk hubungan yang diinginkan.

Baik itu pernikahan tradisional maupun friendship marriage, yang terpenting adalah kebahagiaan dan kesejahteraan setiap individu yang terlibat.

Kesimpulan

Friendship marriage di Jepang menawarkan pandangan baru terhadap institusi pernikahan. Konsep ini memberikan alternatif bagi mereka yang ingin menjalani kehidupan bersama tanpa tekanan romantis atau seksual.

Dengan meningkatnya jumlah individu yang memilih model ini, kita melihat bahwa pernikahan tidak harus selalu berdasarkan cinta dan seks, tetapi bisa juga didasarkan pada persahabatan dan kepentingan bersama.

Fenomena ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih bentuk hubungan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.

Apakah itu pernikahan tradisional atau friendship marriage, yang terpenting adalah kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hubungan tersebut.

- Advertisement -
Share This Article