Cina Siapkan Armada di Timur Tengah, Apa Maksudnya?

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
6 Min Read
Cina Siapkan Armada Di Timur Tengah, Apa Maksudnya?
Kapal Binzhou dari Angkatan Laut Tiongkok berada di Laut China Timur, 27 Desember 2022. Xu Wei/Xinhua via AP)
- Advertisement -

jfid – Timur Tengah kembali menjadi sorotan dunia setelah Cina mengumumkan bahwa mereka telah menempatkan enam kapal perang di kawasan tersebut sejak Mei 2023.

Armada ini baru-baru ini bergabung dengan kapal perang yang dikirim Amerika Serikat (AS) ke wilayah tersebut pekan lalu, sehingga berpotensi meningkatkan ketegangan.

Apa sebenarnya tujuan Cina mengirimkan kapal-kapal perangnya ke Timur Tengah? Apakah ini merupakan langkah strategis untuk mengimbangi pengaruh AS di kawasan yang kaya minyak dan konflik itu? Ataukah ini hanya bagian dari misi rutin yang melibatkan kerja sama dengan negara-negara setempat?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu melihat lebih dekat latar belakang, konteks, dan implikasi dari kehadiran Cina di Timur Tengah.

Ad image

Latar Belakang

Cina adalah negara yang sangat bergantung pada impor minyak untuk memenuhi kebutuhan energinya. Menurut data BP Statistical Review of World Energy 2023, Cina mengimpor sekitar 10,8 juta barel minyak per hari pada 2022, atau sekitar 72 persen dari konsumsi minyaknya. Dari jumlah itu, sekitar 44 persen berasal dari Timur Tengah, terutama dari Arab Saudi, Irak, Iran, dan Oman.

Selain itu, Cina juga memiliki kepentingan ekonomi dan politik lainnya di Timur Tengah. Cina adalah salah satu mitra dagang terbesar bagi banyak negara di kawasan tersebut, dengan nilai perdagangan mencapai 294 miliar dollar AS pada 2021.

Cina juga terlibat dalam proyek-proyek infrastruktur dan investasi di bawah inisiatif Belt and Road (BRI), yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan kerja sama antara Asia, Eropa, dan Afrika.

Di sisi politik, Cina berusaha untuk membangun hubungan yang baik dan seimbang dengan semua pihak di Timur Tengah, tanpa memihak atau campur tangan dalam urusan dalam negeri mereka.

Cina juga mendukung solusi damai dan dialog untuk menyelesaikan konflik-konflik di kawasan tersebut, seperti masalah Palestina-Israel, perang saudara Suriah, dan perseteruan antara Iran dan Arab Saudi.

Konteks

Menurut laporan media pemerintah Cina, armada yang dikirim ke Timur Tengah adalah Satuan Tugas Pengawal Angkatan Laut ke-44 PLA. Armada ini terdiri dari kapal perusak berpeluru kendali Zibo, fregat Jingzhou, dan kapal pasokan terintegrasi Qiandaohu. Armada ini berasal dari Teater Utara PLA dan telah beroperasi di wilayah tersebut sejak Mei 2023.

Armada ini telah melakukan beberapa kegiatan selama berada di Timur Tengah, seperti mengawal kapal-kapal sipil yang melintasi Selat Hormuz dan Teluk Aden, melakukan latihan bersama dengan angkatan laut Oman dan Pakistan, serta mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di Kuwait dan Qatar.

Armada ini juga bergabung dengan konvoi baru yang dipimpin oleh Teater Timur PLA, yang mencakup kapal perusak berpeluru kendali Urumqi, fregat Linyi, dan kapal pasokan Dongpinghu. Konvoi ini tiba di Teluk Oman pada 17 Maret 2023 untuk menggantikan armada sebelumnya dalam menjalankan misi pengawalan.

Selain itu, armada ini juga berpartisipasi dalam latihan militer bersama dengan angkatan laut Iran dan Rusia di Teluk Oman pada 18-19 Maret 2023. Latihan ini disebut sebagai “Security Bond-2023” dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan koordinasi dan kerja sama antara ketiga negara dalam menjaga keamanan dan stabilitas kawasan.

Implikasi

Kehadiran Cina di Timur Tengah tentu saja menimbulkan berbagai reaksi dan spekulasi dari berbagai pihak, terutama dari AS, yang selama ini menganggap dirinya sebagai penjaga keamanan dan kepentingan di kawasan tersebut.

Beberapa analis menilai bahwa Cina sedang berusaha untuk menantang dominasi AS di Timur Tengah, dengan memperkuat hubungan militer dan politiknya dengan negara-negara yang berseteru dengan AS, seperti Iran dan Rusia.

Cina juga dianggap ingin memanfaatkan ketidakstabilan dan ketidakpuasan yang muncul akibat kebijakan AS yang dianggap tidak konsisten dan tidak adil terhadap masalah-masalah di kawasan tersebut, seperti perjanjian nuklir Iran, konflik Palestina-Israel, dan perang saudara Suriah.

Namun, ada juga analis yang berpendapat bahwa Cina tidak bermaksud untuk menggantikan atau mengusir AS dari Timur Tengah, melainkan hanya ingin melindungi kepentingan dan kehadirannya sendiri di kawasan tersebut.

Cina menyadari bahwa Timur Tengah adalah kawasan yang kompleks dan berisiko, yang membutuhkan kerja sama dan keterlibatan dari semua pihak, termasuk AS. Cina juga tidak ingin terlibat dalam konflik-konflik yang bisa merugikan hubungan dagang dan energinya dengan negara-negara di kawasan tersebut.

Dengan demikian, kehadiran Cina di Timur Tengah bisa dilihat sebagai sebuah peluang atau tantangan bagi AS, tergantung pada bagaimana AS merespons dan berinteraksi dengan Cina. Jika AS bersikap terbuka dan kooperatif dengan Cina, maka kedua negara bisa bekerja sama untuk menciptakan stabilitas dan kemakmuran di kawasan tersebut.

Namun, jika AS bersikap tertutup dan konfrontatif dengan Cina, maka kedua negara bisa bersaing atau bahkan bertabrakan untuk memperebutkan pengaruh dan kepentingan di kawasan tersebut.

- Advertisement -
TAGGED:
Share This Article