jfID – Sejarah pertama pasukan Nusantara mengalahkan pasukan asing ‘superpower’ terjadi sekitar tahun 1292, ketika prajurit Raden Wijaya menghancurkan pasukan Tar Tar yang waktu itu bisa dibilang sebagai salah satu pasukan terkuat di dunia. Hal itu tak lepas dari strategi jitu Raden Wijaya, dimana serangan terhadap pasukan Tar Tar dilakukan ketika mereka dalam kondisi lengah.
Sebetulnya kedatangan armada pasukan Tar Tar ke tanah Jawa ialah untuk membalas penghinaan Raja Singosari, Kertanegara terhadap Meng Chi, utusan pasukan Tar Tar dengan memotong telinganya. Namun sebelum rombongan pasukan Tar Tar tiba di Jawa, Kertanegara keburu tumbang lantaran pemberontakan Jayakatwang, adipati Gelang Gelang.
Menurut kisah yang masyur, kedatangan rombongan pasukan Tar Tar disambut oleh Adipati Sumenep Arya Wiraraja yang lantas berhasil membujuk pimpinan pasukan Tar Tar untuk bergabung dengan Raden Wijaya yang tengah bersiap menyerang Jayakatwang. Dengan satu janji, setelah Jayakatwanng berhasil digulingkan, Wijaya akan membuat pernyataan takluk terhadap kekuasaan Kaisar Kubilai Khan di Tiongkok.
Melalui kerja sama yang apik, Pasukan Wijaya dan Tar Tar akhirnya berhasil menumbangkan tahta Jayakatwang. Lalu Raden Wijaya pun memproklamirkan berdirinya kerajaan Majapahit. Dengan cerdiknya, Wijaya menunggu pasukan Tar Tar lengah. Mungkin dengan membuat mereka berpesta arak hingga mabuk atau bagaimanalah, yang jelas, pada saat demikianlah pasukan Raden Wijaya menyerang balik pasukan Tar Tar. Alhasil pasukan Tar Tar yang tidak menyangka akan datangnya serangan itu pun kocar-kacir.
Berikutnya, kemenangan gemilang pasukan Nusantara atas pasukan asing ‘superpower’ terjadi ketika Fatahilah yang memimpin pasukan Demak, dibantu pasukan Cirebon dan Banten sukses mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tahun 1527. Atas jasanya tersebut, Raja Demak, Sultan Trenggono mengangkat beliau sebagai adipati
Sunda Kelapa. Lalu beliau mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
Berikutnya, yang paling menakjubkan ialah ketika armada pasukan Laksamana Malahayati sukses menaklukkan pasukan Portugis dan Belanda. Dalam perang pertama melawan Portugis di Teluk Haru, agaknya Laksamana Malahayati belum berperan sebagai pemimpin pasukan. Pada pertempuran heroik tersebut, konon lebih dari seribu pasukan Aceh tewas, termasuk suami Laksamana Malahayati. Akan tetapi, hal itu mengakibatkan Portugis hengkang dan gagal menjejakkan kaki di bumi Serambi Mekkah.
Pada perang melawan Belanda pada tahun 1599, barulah Laksamana Malahayati memegang kendali sebagai panglima perang. Dalam perang tersebut, Laksamana Malahayati bahkan berhasil menewaskan Cornelis D Houtman, kapitan Belanda yang terkenal itu dalam satu perang tanding.
Sayangnya, torehan manis sejarah gemilang kemenangan pasukan Nusantara atas pasukan agresor tak lagi terulang semenjak berdirinya VOC tahun 1602. Dengan organisasi dan jaringan spionase yang rapi, mereka lebih mudah memadamkan setiap gerakan perlawanan dari para bangsawan atau militan pejuang. Ketika dalam satu waktu kompeni terdesak, begitu mudahnya mereka mendatangkan tambahan pasukan dari wilayah lain di Nusantara atau bahkan dari Nedherland langsung. Pun dengan jaringan spionase yang rapi, mereka dapat dengan mudah membaca kelemahan musuh. Seperti terjadi ketika Sultan Agung berusaha menaklukkan Batavia, ternyata pasukan Mataram harus pulang dengan kegagalan lantaran lumbung-lumbung padi mereka lebih dahulu dibakar VOC. Tentu saja VOC mengetahui letak lumbung-lumbung padi tersebut dari mata-mata yang mereka tanam di dalam pasukan Mataram.
Bramada Putra Pratama adalah Cendikiawan muda yang berhaluan Ahlussunah Waljamaah.