KEDIRI, Jurnalfaktual.id– Bagi anda penyuka tempat bernuansa vintage, tak salah jika mencoba lokasi yang satu ini untuk mengisi hari libur anda. “Cafe Station”, sebuah kafe yang memanfaatkan rumah tua berdiri di era kemerdekaan, sebagai tempat nongkrong yang tak kalah asyik dibandingkan dengan kafe-kafe milenial lainnya.
Bertempat di jantung Kota Kediri, tepatnya di depan stasiun besar kota kediri, kafe tersebut banyak didatangi pengunjung dari berbagai kalangan.
Meskipun baru dibuka pada pertengahan Agustus 2019, namun cafe station sudah menarik banyak peminat dari berbagai segmen usia.
Sebuah bar dari kayu “Jati Belanda” dengan sentuhan warna dasar dan mengandalkan vernis, menghiasi ruangan café. Serta mesin espresso satu grup dari merk Italia Nuova Simonelli dengan pendamping kopi grinder dari merk yang sama.
Nuansa lampu gantung dengan “look” kuno tidak menghilangkan identitas vintage bangunan. Meski berbagai peralatan kopi seduh manual modern bertebaran di atas meja bar.
Apalagi meja bar kayu dilengkapi dengan kursi bar dari besi dengan warna hitam dof, sehingga tetap ada nuansa industrialis. Semua seolah tetap harmonis dan tidak saling bertabrakan.
“Proses konsep dan desainnya kami mulai pada sekitar November 2018, namun karena memang harus berhati-hati agar hasil akhirnya tidak merusak nilai bangunan lama yang menurut kami sudah menjadi bahan baku yang kuat, penggarapannya membutuhkan waktu hampir enam bulan,” kata Arief Priyono, pengelola café.
Kedai kopi ini sementara masih menyediakan 50 kursi, sebagian besar ditempatkan di areal outdoor. Di areal outdoor, sebuah pohon mangga yang saat ini sudah berbuah menaungi dua meja semen dan sebuah sumur tua yang disulap menjadi meja empat sisi. Beberapa meja kayu dan besi melengkapi, ditebar di beberapa sudut areal.
Penarik mata utama, jelas berada di wilayah lorong depan bar. Pengelola memanfaatkan ruang semaksimal mungkin. Tembok pembatas rumah dengan gang dimanfaatkan sebagai meja dengan mengintalasi kayu di atasnya. Enam kursi, cukup untuk mempermanis wilayah ini agar tidak tampak kosong.
“Kami masih punya empat ruangan di rumah depan, sedang dalam tahap pembersihan dan pengecatan ulang, ke depan akan ada ruang pamer dan space yang bisa dipakai untuk tempat kerja, rapat, seminar atau event-event dengan skala kecil,” jelas Arief.
Untuk menu, Cafe Station mengandalkan minuman kopi berbasis espresso dan “manual brew”. Mereka seolah tidak ikut arus kopi susu kekinian. Alih-alih mereka tetap mengandalkan cappuccino, caffe latte, piccolo atau teknik seduh manual French Press, AeroPress, V60, Vietnam drip, dan tak lupa kopi tubruk sebagai teknik seduhan paling populer di Indonesia.
“Trend-nya memang sedang ke kopi kekinian atau kopi susu. Secara pragmatis, kami juga akan menyediakan, sedang kami develop menunya. Cuma memang secara branding kami tidak akan menonjolkan cerita kopi kekinian sebagai keunikan kedai kami,” tambah Arief Priyono.
“Kedai ini bisa menampung semua usia, kami yang bekerja bisa nyaman berdiskusi karena lokasi berjarak dari jalan utama yang bising, sementara anak-anak muda yang suka nuansa outdoor juga bisa terpenuhi seleranya,” begitu testimoni Septian Kurniawan.
“Tinggal menambah ruang meeting dan menu makanan berat, mungkin saya akan sering ke sini, sesekali bisa bawa anak-anak dan istri,” tambah pria yang biasa disapa Ian ini.
Untuk menu makanan berat di Coffee Station, sudah ada Cheese Burger, Hot Dog, French Toast, yang memang masih bernuansa barat. Kedepan mereka juga akan menyediakan makanan berbasis nasi. Untuk camilan, ada menu Risoles yang menjadi signature kedai ini, juga snack ala India Samosa.
Laporan: Herry Santoso, Jurnalfaktual.id