Oleh: Dr. Abdur Rohman.MEI
jfID – Banyak Kelompok ilmuan dan agamawan, memberikan kritik kebijakan pemerintah yang meminta masyarakat tidak panik dalam menghadapi virus Corona. Fakta sesungguhnya tidak demikian, masyarakat Indonesia benar-benar dalam keadaan panik. Hingga pemerintah menetapkannya sebagai bencana nasional. Dengan demikian, masalah ini tidak lagi ditangani oleh Kementerian Kesehatan, akan tetapi sudah beralih ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Tokoh-tokoh Islam menyikapinya beragam, mulai dari yang sangat berhati-hati dengan menempatkannya secara rasional dan proporsional, sampai yang emosional dengan menganggapnya sebagai bagian dari fitnah dan azab Allah disebabkan dosa-dosa yang diperbuat sebagian hambanya.
Corona Tiba di Indonesia
Pemerintah Indonesia sudah mengumumkan kasus pertama virus Corona di Indonesia. Berawal dari adanya Warga Negara Asing (WNA) asal Jepang yang positif Corona mengunjungi Indonesia, hingga tanggal 21 Maret Jumlah pasien positif terinfeksi virus corona kembali bertambah. Kini telah ada 450 orang yang dinyatakan posirif terjangkit virus tersebut, 38 meninggal dunia dan 20 sembuh.( CNN covid 19, 21/3/20). Virus Corona jenis baru ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China. WHO memberi nama penyakit ini COVID-19. (CNBC, 02/03/20).
Parahnya, wabah ini bukan hanya membuat korban berjatuhan, tapi juga merambah pada ekonomi di banyak Negara termasuk Indonesia.
Perekonomian Mulai Sekarat
Sekarang virus corona Covid-19 telah menjadi pandemi global. Epidemi corona akan membawa konsekuensi kerusakan ekonomi yang tak pernah terbayangkan oleh para pemangku kebijakan ekonomi. Pada waktu krisis ekonomi global 2008, bank sentral terkemuka dunia memimpin penanganan dampak krisis global tersebut. Ketika wabah corona mulai mengganggu, bank sentral diharapkan mampu melakukan tindakan yang sama. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan persoalan virus corona lebih kompleks ketimbang krisis ekonomi pada 2008 silam. Hal ini karena wabah virus corona langsung berdampak pada psikologis dan kesehatan manusia, hingga sektor riil.
Yang lebih mengkwatirkan beredar kabar bahwa Indonesia berhutang kembali seiring dengan kedatangan Corona ke Indonesia, Asian Development Bank (ADB) berkomitmen untuk mengucurkan pinjaman kepada Indonesia sebesar 2,7 miliar dolar AS, atau sekitar Rp38,5 triliun. (Warta Ekonomi.co.id, 02/03/20) Apakah ini faktor kebetulan?
Pasalnya, IMF yang mengumumkan bahwa pihaknya telah menyiapkan dana pinjaman sebesar US$ 50 miliar atau sekitar Rp 705,6 triliun untuk penanganan virus Corona.
Andai kata kabar itu benar. Pertanyaan mendasar mengapa harus kembali berhutang? Apakah kedatangan Corona ke Indonesia mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia?, sehingga Indonesia harus memiliki cadangan dengan cara berhutang kembali? Apakah memang sudah tidak ada cara lain, selain berhutang? (baca Besarnya Utang, Penyebab Utama Melemahnya Kurs Rupiah dan hubungan utang indonesia-dan kurs rupiah).
Saya menjadi ingat pada tahun 2018 pernah menulis pada blog pribadi “ Benarkah Krismon akan terjadi kembali? Pada tahun 2018 http://rohman-utm.blogspot.com/2018/05/indonesia-dibawah-bayang-bayang-krismon.html, pada saat itu rupiah sudah pada level 14.000, sehingga benar-benar dibawah bayang-bayang krisis moneter 1997-1988.
Dengan beban hutang Indonesia sampai akhir Januari 2020 sebesar Rp 4.817,55 triliun, naik Rp 39 triliun dibandingkan posisi Desember sebesar Rp 4.778 triliun, dan masih diprediksi akan naik lagi (hingga Rp 5.000 triliun) dan pastinya berdampak luar biasa jika dolar menyentuh Rp. 16.000, sepertinya bayang bayang krismon tidak sekedar bayang bayang, akan tetapi benar-benar menjadi kenyataan.
Menjaga Kestabilan Ekonomi
Semua sepakat, bahwa adanya virus Corona atau virus apapun namanya bukanlah penyebab utama menurunnya pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Virus hanya salah satu bagian beban yang harus dihadapi oleh sebuah negara ketika terjangkit oleh suatu virus, atau bias dianggap sebagai musibah yang menimpa sebuah bangsa. Karena sesungguhnya penyebab kemunduran atau tidaknya pertumbuhan ekonomi suatu bangsa adalah urusan domestik yaitu pengelolaan ekonomi di sebuah negara dan sistem apa yang digunakan oleh negara tersebut.
Sesungguhnya Islam telah memberikan solusi suatu dikatakan tumbuh dan sejahtera adalah terpenuhinya kebutuhan pokok (al hajah al-dhuririyah) setiap warga negara yaitu sandang, pangan, papan. Serta terpenuhinya kebutuhan kolektif yaitu kesehatan, keamanan dan pendidikan.
Menanggapi Virus Corona, maka sudah selayaknya pemerintah mengambil peran aktif mengurus warganya mendapatkan fasilitas yang baik dan pelayanan yang terbaik. Hutang bukanlah solusi satu-satunya.
Dalam Islam sumber keuangan bisa diambilkan dari Baitul mal. Dari sini negara memiliki dana untuk mengurusi rakyatnya baik yang sudah terjangkit virus corona ataupun pencegahan bagi yang belum terjangkit virus.
Diantara strategi kebijakan ekonomi Islam merupakan bagian integral dari kebijakan politik pemerintahan, sehingga tak terpisah dari kebijakan negara di bidang lainnya. Yaitu :
pertama, Membiayai aktivitas edukasi dan promosi hidup sehat pada masyarakat di luar wilayah pusat penyakit. Dana untuk mengatasi corona memberikan bantuan kepada kaum muslim atas setiap kondisi darurat/bencana mendadak yang menimpa mereka. Biaya yang dikeluarkan dapat melalui pajak ( al-kharaj atau fai). Apabila tidak terdapat harta dalam kedua pos tersebut, maka kebutuhannya dapat dilakukan dengan sumbangan sukarela dengan mengedapan prinsip ta,awun ( tolong menolong)
Kedua, Melarang praktik ihtikar (penimbunan) pada barang apa pun. Baik sembako, masker, hand sanitizer, dan lain-lain, yang dapat merugikan orang lain. Jika terbukti melanggar, pelaku akan diberi sanksi.
Ketiga, Melarang kapitalisasi antivirus corona, hanya bias dinikmati segelintir orang saja. antivirus harus bisa dinikmati semua manusia tanpa ada pihak yang mencari keuntungan di tengah musibah.
Keempat, Memberikan bantuan sosial pada negara lain yang terdampak Corona. Baik berupa sembako, obat-obatan, antivirus maupun tenaga medis. Dan lain lain.
Demikianlah sekilas gambaran kebijakan ekonomi Islam, dalam menghadapi virus Corona, Sehingga dengan kebijakan seperti ini, Virus Corona dapat segera dimusnahkan di bumi Nusantara ini. Wallahua’lam.
Tentang Penulis: Dr. Abdur Rohman.MEI, Dosen Ekonomi Islam Universitas Trunojoyo Madura (Alumni TMI Al Amien Prenduan 1995)