Lombok Tengah,- Semenjak dibukanya BIL (Bandara Internasional Lombok), banyak berita-berita negatif mengenai bandar udara tersebut, mulai dari keamanan, ketertiban, kenyamanan serta kebersihan. Memang saat dibuka, bandar udara ini memang belum siap 100% mulai dari fasilitas dalam gedung maupun fasilitas jalur Bandara – Mataram yang baru selesai satu Jalur.
Akan tetapi, setelah berjalan beberapa waktu, bandara tersebut berangsur- angsur berbenah. Sekarang tidak se-semrawut dulu saat dibuka yang disebabkan oleh Euforia berlebihan dari masyarakat, bukan cuma masyarakat sekitar yang datang, malah kebanyakan naik truk atau carry bak terbuka, tentu itu warga yang rumahnya jauh dari bandara.
Euforia masyarakat tersebut ditandai dengan, penjemputan dan keberangkatan penumpang di Bandara International Lombok. Ketika penjemputan, sanak Family dari penumpang berbondong-bondong mengantarkannya.
“tujuan kami kesini, adalah mengantarkan saudara saya ini merantau ke Malaysia, hanya rasa kekeluargaan yang membuat saya dan seluruh keluarga datang semuanya kesini, sebab kami akan ditinggal lama”. tutur ibu Darwisah, Pengantar calon Penumpang. Rabu (26/92019).
Fakta di lapangan, ketika ada salah satu penumpang yang akan dijemput atau diantar, sanak family dan kerabat penumpang tersebut mengantri dan rela berdesakan.
“yang kami mau jemput adalah sahabat saya yang sudah 4 tahun tidak pulang merantau ke negeri Jiran, rasa kangen yang membuat kami begini, rela menunggu ber jam-jam, dan antri sebab, lama tidak bertemu” ungkap Sukirman, salah satu kerabat penumpang.
Dalam perspektif yang berbeda, cara penyambutan dan euforia masyarakat seperti ini, dipandang mengagnggu ketertiban dan kenyamanan, akan tetapi dalam adat Suku Sasak, dan budaya Timur, kejadian ini sangat berguna untuk mempererat rasa persaudaraan dan sosial.
“masyarakat ketika masih bisa dikumpulkan dalam satu agenda, indikasi bahwa masyarakat tersebut masih dalam suasana keakraban dan keharmonisan, semangat persatuan dan kesatuan masih utuh, semangat gotong royong masih menjadi prioritas utama mereka dalam bertindak” kata Mamiq Jumhur Pemangku adat setempat.
Tidak dipungkiri bahwasanya, masyarakat Lombok khususnya. Secara pranata sosial masih memegang erat rasa kebersamaan ditengah carut marutnya persatuan bangsa.
“semangat kebersamaan masih kita pegang erat, di daerah Lombok ada tiga poin yang masih bisa mempersatukan masyarakat, yakni tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat serta kepentingan umum” jelas Mamia Jumhur.
Jadi, kejadian unik ini bisa disimpulkan bahwa, mainset masyarakat Lombok tidak lain dan tidak bukan karena semangat kekeluargaan tanpa ada stigma memperburuk keadaan di Bandara International Lombok.
Masyarakat Lombok tidak mengenal pandangan hidup “lo, lo, gue, gue”. Semoga dengan kejadian unik untuk mempererat rasa persaudaraan ini. Semoga Warga Lombok bisa menjadi percontohan baik bagi seluruh masyarakat Indonesia, sebab dengan rasa persaudaraan, seberat apapun masalah akan bisa terselesaikan dengan baik.
Laporan: Muh Rizwan