Bandar Kripto Bangkrut, Rumah Mewahnya Dilelang, Ada yang Harganya Rp 1,9 Triliun

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
5 Min Read
Sam Bankman-Fried, seorang miliarder kripto yang kini ditahan oleh pihak berwenang (CNBC Indonesia)
Sam Bankman-Fried, seorang miliarder kripto yang kini ditahan oleh pihak berwenang (CNBC Indonesia)
- Advertisement -

jfid – Jakarta – FTX, salah satu bursa kripto terbesar di dunia, mengajukan kebangkrutan pada awal bulan ini setelah mengalami penarikan dana besar-besaran dari para pelanggannya.

FTX didirikan oleh Sam Bankman-Fried, seorang miliarder kripto yang kini ditahan oleh pihak berwenang karena dituduh melakukan penipuan dan kejahatan lainnya.

Namun, ternyata FTX tidak hanya memiliki aset kripto yang bernilai miliaran dolar, tetapi juga memiliki koleksi properti mewah di Bahama yang mencapai 38 unit.

Properti-properti tersebut dibeli oleh FTX dan para petingginya selama dua tahun terakhir dengan menggunakan dana dari pelanggan FTX.

Ad image

Menurut laporan Reuters, properti mewah milik FTX tersebar di berbagai lokasi di Bahama, seperti Albany, Old Fort Bay, dan One Cable Beach. Nilai total properti tersebut diperkirakan mencapai US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,1 triliun.

Salah satu properti termahal milik FTX adalah sebuah kondominium di kompleks resor Albany yang bernilai US$ 30 juta atau sekitar Rp 465 miliar.

Kompleks resor Albany merupakan salah satu resor tepi laut paling eksklusif di dunia yang menawarkan fasilitas mewah seperti lapangan golf, marina, spa, dan restoran.

Selain itu, FTX juga memiliki tujuh kondominium lain di Albany dengan harga total US$ 72 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun.

Kondominium-kondominium tersebut digunakan sebagai tempat tinggal para personel kunci FTX, termasuk Bankman-Fried sendiri.

Tidak hanya itu, orang tua Bankman-Fried, yaitu Joseph Bankman dan Barbara Fried, juga memiliki sebuah rumah liburan di Old Fort Bay yang bernilai US$ 16,4 juta atau sekitar Rp 253 miliar.

Rumah liburan tersebut dibeli oleh pasangan tersebut pada Juni tahun lalu dengan menggunakan nama mereka sendiri.

Sementara itu, mantan bos teknologi FTX Nishad Singh serta dua pendiri FTX Gary Wang dan Bankman-Fried juga memiliki properti atas nama sendiri bernilai antara US$ 950 ribu dan US$ 2 juta atau sekitar Rp 14 miliar hingga Rp 31 miliar.

Dalam dokumen pengadilan², FTX mengakui bahwa mereka menggunakan dana pelanggan untuk membeli rumah dan barang pribadi lain untuk karyawan dan penasihat mereka.

Hal ini menimbulkan kemarahan dan kekecewaan dari para pelanggan FTX yang merasa tertipu dan dirugikan.

Saat ini, proses kebangkrutan FTX masih berlangsung dan melibatkan sekitar 75 perusahaan, termasuk bursa kripto dan institusi pengguna FTX lainnya.

Dalam proses tersebut, properti-properti milik FTX menjadi rebutan para kreditur dan pembeli potensial.

Beberapa pembeli bahkan sudah menawar properti-properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pasar.

Hal ini menunjukkan bahwa properti-properti tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi para pemburu rumah mewah.

Namun, proses penjualan properti-properti tersebut tidak mudah karena harus mendapatkan persetujuan dari pengadilan dan pihak-pihak terkait.

Selain itu, ada juga kemungkinan bahwa properti-properti tersebut akan disita oleh pihak berwenang sebagai bagian dari penyelidikan kasus FTX.

FTX sendiri merupakan salah satu bursa kripto terkemuka yang didirikan pada tahun 2019. FTX menawarkan berbagai produk derivatif kripto seperti futures, opsi, tokenized saham, dan indeks.

FTX juga dikenal sebagai sponsor dari beberapa tim olahraga profesional seperti Miami Heat dan Golden State Warriors.

Namun, kejayaan FTX berakhir pada awal November tahun ini ketika Bankman-Fried ditangkap oleh FBI di bandara Los Angeles.

Bankman-Fried dibebaskan dengan jaminan US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,9 triliun sambil menunggu persidangan atas tuduhan penipuan, pencucian uang, penggelapan pajak, dan pelanggaran peraturan kripto.

Tuduhan-tuduhan tersebut didasarkan pada temuan bahwa FTX telah melakukan manipulasi pasar, perdagangan curang, dan penggunaan dana pelanggan untuk kepentingan pribadi.

Akibatnya, FTX mengalami krisis kepercayaan dan likuiditas yang membuatnya harus mengajukan kebangkrutan.

Kasus FTX menjadi salah satu skandal terbesar dalam sejarah industri kripto yang menimbulkan banyak pertanyaan dan kritik.

Kasus ini juga menjadi peringatan bagi para pelaku dan pengguna kripto untuk lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam bertransaksi dengan aset digital.

- Advertisement -
Share This Article