jfid – Baku hantam gagasan Matinya Kepakaran di seri Ngaji Theater yang dihelat di kantor Dewan Kesenian Sumenep. Berbagai sudut pandang tentang matinya kepakaran di era digital menjadi tema pokok pembahasan. Menghadirkan Adi Purnomo sebagai pemantik, seorang aktor kenamaan di eranya. Selasa (20/6/2023).
Dalam sajiannya, Adi Purnomo menyebut matinya kepakaran dalam dunia Theater berkaitan dengan produktivitas karya sebagaimana juga karya sastra. Adi Purnomo menyebut, “jika kepakaran dibatasi dengan ruang-ruang sosial yang terdistrupsi dengan dunia digital”
Pandangan pesimisme juga dilontarkan aktor ternama Mahendra Cipta, ia menyinggung teori Ferguson yang menyebut semua informasi didapatkan dari media sosial adalah sampah.
Dalam sudut pandang lain, Turmidzi Jaka ketua Dewan Kesenian Sumenep memandang sesuatu dari filsafat positif, jika matinya kepakaran adalah wacana utopis.
“Matinya kepakaran adalah sebuah wacana. Saya tidak percaya jika dunia digital dapat meruntuhkan kepakaran. Karena kepakaran memiliki otoritas di wilayahnya masing-masing, ” ujar Turmidzi Jaka.
Baku hantam gagasan matinya kepakaran berlangsung hingga larut malam. Berbagai Seniman kenamaan Sumenep hadir mentransformasikan sebuah ide-ide dan gagasannya. Syah A. Latif (perupa), Ibnu Hajar (Penyair), Kyai Uje, Fathor dan Irul seorang Jurnalis.
Sesi Ngaji Theater juga dihadiri dan diapresiasi Nurussalam (Oyok), anggota DPRD Komisi IV Sumenep yang membidangi seni dan kebudayaan.