jfid – Momen yang mengubah sejarah dan menghentak tradisi. Itulah yang terjadi saat bangsa Barat pertama kali mendarat di Kekaisaran Jepang yang selama berabad-abad telah hidup terasing dari dunia luar. Salah satu titik awal paling mencolok dari pertukaran budaya ini adalah ekspedisi Perry pada tahun 1853. Pada bulan Juli dalam tahun tersebut, sebuah armada Amerika yang dipimpin oleh Komodor Matthew Calbraith Perry merapat di pantai Yedo, yang saat ini kita kenal sebagai Teluk Tokyo. Di kapalnya, Perry membawa surat penting dari Presiden Amerika Serikat, Millard Fillmore, yang ditujukan untuk Kaisar Jepang.
Namun, untuk memahami betapa pentingnya kedatangan Perry dan bangsa Barat pada saat itu, kita perlu melihat ke dalam latar belakang kekaisaran Jepang. Pada periode saat Perry tiba, Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa melalui sistem pemerintahan shogun. Dinasti Tokugawa telah mengukuhkan kekuasaannya lebih dari dua setengah abad sebelum kedatangan Perry. Mereka memegang gelar shogun yang diberikan oleh seorang kaisar yang kehilangan sebagian besar kekuasaannya. Tetapi, Jepang yang mereka pimpin tidak sepenuhnya terpusat. Mereka menggantikan tuan tanah feodal dengan kerabat dan sekutu yang masih bisa mengatur wilayah mereka dengan relatif bebas.
Tetapi shogun juga memiliki cara unik untuk mempertahankan kendali. Mereka melarang pernikahan antara tuan tanah feodal dan mengharuskan tuan tanah yang berkuasa menghabiskan dua tahun di ibu kota, di mana mereka dalam pengawasan ketat. Ini hampir bisa disebut sebagai semi-sandera. Shogun yang ketiga dalam dinasti ini bahkan menerapkan kebijakan isolasi total, membatasi kontak dengan dunia luar pada abad ketujuh belas. Mereka meyakini bahwa pengaruh asing seperti perdagangan, agama, dan teknologi senjata canggih akan merusak keseimbangan antara shogun dan tuan tanah feodal.
Perry datang ke Jepang untuk mengakhiri isolasi ini dalam peristiwa yang sekarang kita kenal sebagai ekspedisi Perry. Meskipun beberapa orang Amerika dan perwakilan negara-negara Eropa sebelumnya sudah mencoba, upaya mereka selalu gagal. Perry membawa perubahan yang tak terelakkan, membuka pintu bagi hubungan komersial dan budaya antara Jepang dan dunia Barat. Ini melepaskan kekuatan ekonomi, politik, dan sosial yang pada akhirnya tidak hanya memengaruhi Jepang, tetapi juga memengaruhi dunia Barat.
Ketika Perry dan armadanya memasuki perairan Jepang, mereka disambut dengan ketidaksetujuan dan kekhawatiran dari banyak pemimpin Jepang. Banyak yang menginginkan kapal-kapal asing tersebut diusir dari negara itu, karena takut akan dampak yang akan mereka bawa. Namun, pada tahun 1854, perjanjian perdagangan akhirnya ditandatangani, membuka dua pelabuhan untuk perdagangan antara Amerika Serikat dan Jepang. Pada tahun 1858, empat pelabuhan tambahan dibuka. Perdagangan baru ini membawa masuk mata uang asing ke dalam negeri dan mengganggu sistem moneter lokal.
Dampak kedatangan bangsa Barat di Jepang tidak bisa dianggap enteng. Salah satu dampak terbesarnya adalah dimulainya Restorasi Meiji. Ini adalah respons langsung terhadap penjajahan Barat dan ancaman terhadap kedaulatan Jepang. Jepang yang pada awal abad ke-19 menyadari ketertinggalannya dalam hal teknologi, militer, dan ekonomi dibandingkan dengan negara-negara Barat. Kekhawatiran akan invasi asing memaksa perlunya modernisasi yang cepat.
Pada tahun 1868, Kaisar Meiji naik tahta, menandai awal dari transformasi radikal. Era Restorasi Meiji bertujuan membawa Jepang menuju modernisasi yang lebih komprehensif. Tujuan utama dari era ini adalah meraih transformasi yang mendalam dan membangun fondasi yang kuat agar Jepang dapat bersaing dengan negara-negara Barat yang semakin maju pada saat itu.
Selain itu, perjanjian perdagangan yang ditandatangani pada tahun 1854 untuk dua pelabuhan, diikuti dengan pembukaan empat pelabuhan tambahan pada tahun 1858, membawa masuk mata uang asing ke dalam negeri dan mengganggu sistem moneter lokal.
Respon Jepang terhadap kedatangan bangsa Barat sangatlah bervariasi. Sebelum ekspedisi Perry pada tahun 1853, Jepang dikenal sebagai ‘kerajaan pertapa’ yang terkenal karena perlawanan keras kepala mereka terhadap pengaruh luar. Namun, ketakutan akan campur tangan kekuatan luar semakin memuncak. Pada bulan Juli 1853, pemerintah Amerika Serikat mengirim Komodor Matthew Perry ke Jepang dalam sebuah misi yang diharapkan akan membuka hubungan.
Banyak orang Jepang pada saat itu ingin orang asing diusir. Namun, Perry menolak permintaan ini dan meminta perjanjian yang akhirnya membuka beberapa pelabuhan untuk perdagangan antara kedua negara. Meskipun perubahan ini memerlukan waktu dan pengorbanan di berbagai sektor, saat itu dianggap sebagai awal yang tepat untuk memulai proses modernisasi bersama negara-negara Barat.
Dan pada akhirnya, kedatangan bangsa Barat di Jepang adalah titik awal dari sejarah modernisasi Jepang. Restorasi Meiji dimulai sebagai tanggapan terhadap penjajahan Barat dan ancaman terhadap kedaulatan Jepang. Modernisasi yang cepat diperlukan agar Jepang dapat bersaing dengan negara-negara Barat yang semakin maju. Pertukaran budaya antara Jepang dan negara-negara Barat menjadi fondasi bagi perkembangan kedua belah pihak. Saat Perry pertama kali menginjakkan kaki di Jepang, ia tidak hanya membuka pintu Jepang ke dunia, tetapi juga membuka dunia untuk melihat keajaiban budaya Jepang yang kaya dan warisan sejarahnya yang mendalam.