jfid – Amerika Serikat (AS) dan India telah membentuk sebuah aliansi ekonomi baru yang melibatkan delapan negara lain, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Perancis, Jerman, Italia, dan Uni Eropa.
Aliansi ini bertujuan untuk mengembangkan “India-Middle East-Europe Economic Corridor” atau Koridor Ekonomi India-Timur Tengah-Eropa, yang akan meningkatkan konektivitas dan integrasi ekonomi di dua benua.
Aliansi ini diumumkan oleh Gedung Putih pada akhir pekan lalu, di tengah-tengah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India, yang dihadiri oleh Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Menurut rilis resmi Gedung Putih, koridor ini diharapkan dapat merangsang pembangunan ekonomi melalui peningkatan akses energi, internet, perdagangan, dan manufaktur yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Namun, aliansi ini juga menimbulkan kekhawatiran dari beberapa pihak, terutama negara-negara yang tidak termasuk dalam genk baru ini. Salah satunya adalah Indonesia, yang merupakan anggota ASEAN dan mitra strategis India.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mendorong kerja sama ekonomi biru antara ASEAN dan India, yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya laut yang berwawasan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, mata pencaharian, dan pelestarian ekosistem laut.
Jokowi juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas dan kedamaian laut, dengan menghormati hukum internasional, mendorong budaya kerja sama, dan membangun arsitektur kawasan yang inklusif.
Namun, dengan adanya aliansi baru AS-India, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya mungkin akan merasa tersisih dan terancam oleh dominasi ekonomi dua raksasa tersebut.
Selain itu, aliansi baru ini juga berpotensi menimbulkan ketegangan dengan negara-negara lain yang memiliki kepentingan di Samudera Hindia, seperti Cina, Rusia, Iran, dan Pakistan.
Cina, misalnya, telah membangun “Belt and Road Initiative” atau Inisiatif Sabuk dan Jalan, yang merupakan proyek infrastruktur global yang menghubungkan Asia, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah. Proyek ini dianggap sebagai upaya Cina untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan tersebut.
Rusia juga memiliki ambisi untuk memperluas kehadiran militernya di Samudera Hindia, dengan melakukan latihan bersama dengan India dan Iran pada tahun 2022. Iran dan Pakistan juga memiliki kepentingan strategis di Samudera Hindia, terutama terkait dengan jalur transportasi energi dan perdagangan.
Dengan adanya aliansi baru AS-India, negara-negara ini mungkin akan merasa terancam dan bersiap untuk mengambil tindakan balasan.
Dengan demikian, aliansi baru AS-India bukan hanya membawa dampak positif bagi pembangunan ekonomi global, tetapi juga membawa risiko negatif bagi keseimbangan ekonomi dan politik dunia.
Aliansi ini dapat menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan dari negara-negara lain yang merasa tidak dilibatkan atau diuntungkan oleh koridor ekonomi baru ini.
Aliansi ini juga dapat menimbulkan konflik dan persaingan dengan negara-negara lain yang memiliki kepentingan di Samudera Hindia. Oleh karena itu, aliansi baru ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan transparan, serta menghormati hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat.