jfid – Dania Hanatsheh, seorang mahasiswi di Birzeit University, Tepi Barat, mengalami pengalaman yang tidak akan pernah ia lupakan.
Pada tanggal 20 November 2023, ia diculik oleh serdadu Zionis dari rumahnya di Ramallah.
Ia ditahan selama 10 hari di penjara Zionis, sebelum akhirnya dibebaskan melalui perjanjian pertukaran sandera.
Selama di tahanan, Dania bertemu dengan lima perempuan yang diculik dari Gaza.
Mereka adalah korban dari serangan udara Zionis yang telah menewaskan ribuan warga Palestina sejak 7 Oktober 2023.
Kisah yang diceritakan oleh Dania sangat menyayat hati. Para perempuan itu diculik saat mereka sedang dalam perjalanan mengungsi dari utara ke selatan Gaza.
Salah satu perempuan bernama Iman, terus menangis sepanjang waktu. Ternyata, saat ia diculik serdadu Zionis, ia sedang bersama bayinya, dan tidak ada anggota keluarga lain bersamanya. Terakhir kali, ia melihat bayinya tergeletak begitu saja di tanah.
Perempuan Gaza ini bersama para tawanan lain dibawa ke tempat yang tidak diketahui lalu selama lima hari mereka ditaruh di sebuah tempat terbuka tanpa atap dan dinding, dalam keadaan hujan dan dingin.
Iman terus meratapi bayinya dan mengatakan bahwa dia terus mendengar suara tangis bayinya.
Lalu, lima perempuan Gaza itu dibawa ke penjara (dimana ia bertemu dengan Dania), dalam keadaan diborgol, ditutup mata, dan tanpa jilbab (jilbab mereka dibuka paksa oleh Zionis), dan bahkan tanpa sepatu.
Menurut Dania, kelima perempuan Gaza itu dipisahkan selnya dan diperlakukan berbeda, bahkan awalnya para tawanan perempuan dari Tepi Barat tidak boleh berkomunikasi dengan mereka.
Mereka dihina oleh para serdadu Zionis. Ketika mereka meminta sesuatu, para serdadu berkata, “Kalian bukan manusia dan tidak punya kebutuhan, berbeda dengan tawanan lain.”
Keberadaan lima perempuan Gaza ini juga disebut oleh Ahed Tamimi, tawanan perempuan dari Tepi Barat yang juga telah dibebaskan melalui pertukaran sandera.
Ahed Tamimi adalah seorang aktivis Palestina yang terkenal karena menampar seorang serdadu Zionis yang menyerbu rumahnya.
Ia mengatakan bahwa para perempuan Gaza itu adalah contoh dari perjuangan dan ketabahan rakyat Palestina.
Dania Hanatsheh dan Ahed Tamimi adalah dua dari banyak perempuan Palestina yang berani menghadapi penjajahan Zionis.
Mereka tidak takut untuk menyuarakan kebenaran dan menuntut hak-hak mereka.
Mereka juga tidak lupa untuk bersolidaritas dengan sesama perempuan Palestina yang menderita di Gaza.
Mereka adalah saksi dan sumber dari kisah-kisah yang jarang terdengar di media mainstream. Mereka adalah simbol dari harapan dan perlawanan.