Jurnalfaktual.id | Pembangunan infrastruktur menjadi hal yang bersifat fundamental untuk dilakukan bagi pemerintah. Karena pembangunan infrastruktur sangat berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan baik secara ekonomi maupun sosial lainnya.
Pemerintah nasional yang di punggawai presiden Joko Widodo. Pada periode sebelumnya dalam program nawa citanya, memprioritaskan pada pembangunan infrastruktur. Walhasil pembangunan besar-besaran terjadi. Jalan-jalan tol misalkan. Tidak hanya itu, nawa citanya juga menekanan pembangunan infrastruktur daerah pinggiran dan daerah tertinggal termasuk desa-desa.
Sekarang, di periode keduanya. Nawa cita jilid dua melakukan manuver atau banting setir prioritas pembangunan, yakni pembangunan sumber daya manusia.
Dalam hal ini, tentu seluruh daerah juga harus mengikuti. Akan tetapi, penulis tidak akan terlalu berbicara lebar perihal itu. Namun, penulis hendak berbicara sedikit pengalaman yang cukup menakjubkan atau bahkan bisa dikatakan miris “mengiris hati”.
Sebagai warga asli Bangkalan. Perlu kiranya penulis menanyakan kabar terhadap Pemintah. Pasalnya, kondisi infrastruktur di Bangkalan sangatlah buruk sekali. Terlalu banyak yang rusak dan tidak layak pakai. Sehingga rumit menjelaskan dimana saja yang rusak. Ketika di kalkulasi, antara yang tidak rusak dan yang rusak baik ringan maupun parah mungkin antara 5% dan 95%.
Tidak hanya berdampak pada keberlangsungan pembangunan kabupaten Bangkalan secara ekonomi atau apapun itu. Mungkin, terlalu rumit bagi penulis membahas itu. Sederhananya saja, tidakkah kita bisa merasakan bagaimana keluhan masyarakat dibawah dalam menghadapi kesesngsaraan atas kerusakan jalan-jalan. Yang menyebabkan kendaraannya cepat rusak, bahkan perutnya sakit karena rontaknya digoncang atau mungkin rawannya kecelakaan.
Apa kabar pemerintah? Mengapa jalan-jalan kita tidak kuat dan cepat rusak. Kenapa tidak sekuat perasaan kita melihat kondisi-kondisi semacam demikian. Dan kenapa ketika rusak, lamban sekali untuk di perbaiki.? Kenapa tidak secepat kita menghabiskan uang gaji kita.
Abdullah Sahuri: Penulis adalah Founder Komunitas Literasi dan Mahasiswa STITAL Galis Bangkalan.