jfid – Kejadian tragis yang menimpa Aldelia Rahma, siswi berusia 11 tahun dari Padang Pariaman, menimbulkan duka mendalam dan pertanyaan serius tentang keselamatan di lingkungan sekolah.
Aldelia meninggal dunia akibat luka bakar parah yang dialaminya setelah seorang teman menyiramkan pertalite ke tubuhnya saat kegiatan gotong royong di sekolah.
Aldelia terbakar akibat kelalaian seorang teman yang menyiramkan pertalite ke tubuhnya.
Berdasarkan keterangan dari pihak keluarga, peristiwa bermula saat wali kelas menyalakan api untuk membakar sampah yang dikumpulkan oleh para siswa.
Ketika itu, salah satu teman Aldelia secara tiba-tiba menyiramkan pertalite ke tubuh korban. Api segera menyambar, membakar pakaian dan tubuh kecil Aldelia
Ia berlari menuju WC sekolah untuk memadamkan api. Namun, WC tersebut terkunci, sehingga Aldelia harus kembali ke kelas.
Guru yang melihat kejadian tersebut kemudian mengarahkan Aldelia untuk berguling di tanah guna memadamkan api.
Sayangnya, upaya tersebut tidak cukup untuk menyelamatkan Aldelia dari luka bakar yang parah.
Aldelia segera dilarikan ke puskesmas terdekat sebelum dirujuk ke RSUP M Djamil Padang. Selama 35 hari di rumah sakit, Aldelia menjalani empat kali operasi. Setelah itu, ia diperbolehkan pulang untuk menjalani perawatan jalan.
Meskipun berbagai upaya medis telah dilakukan, Aldelia akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada Selasa, 21 Mei 2024, di RSUP M Djamil Padang. Selain luka bakar, Aldelia juga diketahui menderita gizi buruk.
Insiden ini mengingatkan kita akan pentingnya pengawasan ketat dan penerapan prosedur keselamatan yang efektif di sekolah.
Kejadian yang menimpa Aldelia bukan hanya sebuah kecelakaan, tetapi juga cerminan dari kurangnya kesadaran akan bahaya bahan mudah terbakar dan kelalaian dalam menjaga keselamatan anak-anak di lingkungan sekolah.
Pihak sekolah harus bertanggung jawab dalam memastikan setiap kegiatan yang melibatkan api atau bahan berbahaya dilakukan dengan prosedur yang aman.
Pengawasan ketat dan edukasi keselamatan kepada siswa sangat penting untuk mencegah terulangnya tragedi serupa.
Peristiwa ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bahwa keselamatan tidak boleh diabaikan, terutama ketika melibatkan anak-anak yang rentan terhadap bahaya.
Selain itu, aspek perundungan (bullying) yang dialami Aldelia menambah kompleksitas masalah yang dihadapi.
Perundungan di sekolah adalah masalah serius yang dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental dan fisik anak.
Sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua siswa, serta memiliki kebijakan tegas dalam menangani kasus perundungan.
Program-program anti-bullying harus lebih diintensifkan, dengan melibatkan siswa, guru, dan orang tua untuk menciptakan budaya yang menghormati dan mendukung satu sama lain.
Keluarga Aldelia juga menghadapi kesulitan tambahan dengan kondisi gizi buruk yang dialami anak tersebut.
Ini menunjukkan adanya masalah kesejahteraan yang lebih luas yang harus diatasi, baik di tingkat individu maupun komunitas.
Dukungan sosial dan bantuan medis yang memadai sangat penting untuk memastikan anak-anak tumbuh dengan sehat dan aman.
Tragedi yang menimpa Aldelia Rahma adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli dan bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak.
Sekolah, orang tua, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan tragedi seperti ini tidak terulang lagi.
Kejadian ini seharusnya mendorong peningkatan standar keselamatan dan kesejahteraan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Semoga Aldelia Rahma mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, dan semoga keluarganya diberikan kekuatan serta ketabahan dalam menghadapi cobaan ini.
Tragedi ini harus menjadi pemicu perubahan yang nyata, bukan hanya sebagai berita yang berlalu begitu saja.