Alasan Rusia Yakin China Terlalu Kuat untuk Dapat Tekanan Barat!

pertemanan-rusia-china-makin-erat-di-tengah-tekanan-barat

Syafiqur Rahman By Syafiqur Rahman
8 Min Read
Alasan Rusia Yakin China Terlalu Kuat untuk Dapat Tekanan Barat!
Alasan Rusia Yakin China Terlalu Kuat untuk Dapat Tekanan Barat!
- Advertisement -
Highlights
  • https://internasional.kompas.com/read/2024/05/16/155558570/pertemanan-rusia-china-makin-erat-di-tengah-tekanan-barat

jfid – Pada tanggal 16 Mei 2024, dunia menyaksikan sebuah pertemuan penting antara dua kekuatan besar dunia, Rusia dan China. Di Beijing, Presiden Rusia, Vladimir Putin, disambut dengan penghormatan militer oleh Presiden China, Xi Jinping. Kunjungan ini bukan hanya simbolis tetapi juga menandai dimulainya “tingkat kemitraan strategis yang belum pernah terjadi sebelumnya” antara kedua negara, dikutip dari internasional.kompas.com.

Tekanan Barat dan Respon China

Baik Rusia maupun China berada dalam sorotan global karena tekanan dari Barat. Rusia menghadapi sanksi berat dan tekanan politik akibat tindakannya di Ukraina.

Sementara itu, China juga tidak luput dari tekanan Barat, terutama karena tuduhan bahwa mereka memberikan dukungan kepada Rusia dalam konflik tersebut. Namun, China dengan tegas menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi tekanan ini.

Kedua negara memiliki pendekatan yang saling menguatkan dalam menghadapi tantangan eksternal. China, misalnya, meskipun menghadapi berbagai tekanan dari Barat, tetap konsisten dalam posisinya dan tidak menyerah pada tekanan untuk membatasi hubungan dengan Rusia. Sikap ini menegaskan betapa kuatnya posisi China di panggung internasional.

Ad image

Kerjasama Strategis

Hubungan antara Putin dan Xi Jinping bukan sekadar hubungan formal antar kepala negara. Mereka telah bertemu lebih dari 40 kali, menjalin hubungan personal yang semakin erat.

Beberapa minggu sebelum perang Rusia-Ukraina pecah, kedua pemimpin ini mendeklarasikan hubungan kerja sama “tanpa batas”. Deklarasi ini bukan hanya sekadar retorika, tetapi mencerminkan komitmen mendalam kedua negara untuk saling mendukung dalam berbagai bidang strategis, dikutip dalam internasional.kompas.com.

Kerjasama strategis ini mencakup berbagai sektor, mulai dari ekonomi, militer, hingga teknologi. Kedua negara telah menandatangani sejumlah perjanjian yang memperkuat hubungan mereka.

Misalnya, dalam bidang energi, Rusia menjadi salah satu pemasok utama minyak dan gas ke China. Ini menunjukkan bahwa kerjasama mereka bukan hanya untuk kepentingan politik jangka pendek, tetapi juga memiliki basis ekonomi yang kuat.

Visi Bersama

Xi Jinping dan Vladimir Putin memiliki visi yang sama mengenai tatanan dunia. Mereka melihat dunia saat ini terlalu didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Oleh karena itu, kedua pemimpin ini berusaha untuk mengembalikan keseimbangan kekuasaan global. Pasca invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, ketika banyak negara di dunia mengecam tindakan tersebut, China tetap konsisten berada di sisi Rusia.

Hubungan erat antara kedua negara ini juga tercermin dalam berbagai forum internasional. China sering kali menjadi pendukung Rusia di PBB dan organisasi internasional lainnya, menunjukkan solidaritas mereka dalam menghadapi tekanan dari Barat. Sebaliknya, Rusia juga mendukung China dalam isu-isu yang penting bagi Beijing, seperti klaim teritorial di Laut China Selatan dan Taiwan.

Kesimpulan

Dalam konteks ini, Rusia menganggap China terlalu kuat untuk dapat dipengaruhi oleh upaya Barat yang memaksa Beijing membatasi kerja samanya dengan Rusia. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa China cukup kuat untuk menahan tekanan ini. Dengan demikian, tekanan dari Barat justru memperkuat hubungan Rusia dengan China, dan ini menjadi alasan mengapa Rusia menganggap China terlalu kuat untuk dapat tekanan Barat.

Kekuatan China tidak hanya berasal dari kapasitas ekonominya yang besar, tetapi juga dari kemampuannya untuk bermain di panggung diplomatik internasional dengan sangat cerdas.

China telah menunjukkan bahwa mereka dapat mengatasi tekanan dan sanksi dari Barat tanpa mengorbankan kepentingan nasional mereka. Sebaliknya, mereka justru memperkuat hubungan dengan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia.

Dalam analisis yang lebih mendalam, hubungan Rusia-China ini bisa dilihat sebagai bagian dari strategi besar untuk mengubah tatanan dunia yang saat ini didominasi oleh Barat.

Keduanya tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga membangun aliansi yang lebih luas dengan negara-negara lain yang memiliki pandangan serupa. Ini menciptakan sebuah blok kekuatan baru yang dapat menantang dominasi Barat di berbagai arena global.

Pengaruh Ekonomi dan Militer

China, sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, memiliki pengaruh yang signifikan di panggung global. Ekspor dan investasi China tersebar luas, menjadikannya mitra dagang utama bagi banyak negara, termasuk Rusia. Kerjasama ekonomi antara Rusia dan China mencakup sektor energi, infrastruktur, dan teknologi tinggi.

Misalnya, pembangunan pipa gas Power of Siberia yang menghubungkan Rusia dan China menunjukkan betapa eratnya hubungan ekonomi kedua negara.

Dalam bidang militer, kedua negara juga sering mengadakan latihan bersama dan berbagi teknologi militer. Ini bukan hanya memperkuat kemampuan militer masing-masing, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa mereka siap untuk bekerja sama dalam menghadapi ancaman bersama. Kolaborasi ini memperlihatkan kepada Barat bahwa tekanan atau sanksi ekonomi tidak akan mudah memisahkan aliansi strategis ini.

Respon Barat

Barat, khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah berusaha untuk membatasi pengaruh China dan Rusia melalui berbagai sanksi dan tekanan diplomatik. Namun, upaya ini sering kali mendapatkan respon balik yang justru memperkuat aliansi antara kedua negara tersebut.

Misalnya, ketika Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap Rusia, China dengan cepat menawarkan alternatif ekonomi dan dukungan politik. Begitu pula sebaliknya, Rusia mendukung China dalam berbagai forum internasional dan isu-isu strategis yang penting bagi Beijing.

Masa Depan Hubungan Rusia-China

Melihat ke depan, hubungan antara Rusia dan China tampaknya akan semakin kuat. Kedua negara ini memiliki kepentingan bersama yang kuat dalam menantang dominasi Barat dan membentuk tatanan dunia yang lebih multipolar. Dengan basis ekonomi yang kuat, kerjasama militer yang erat, dan visi politik yang sejalan, Rusia dan China siap untuk menghadapi tantangan global bersama-sama.

Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun hubungan ini terlihat sangat solid, ada juga tantangan yang bisa muncul di masa depan. Misalnya, perbedaan kepentingan regional dan persaingan ekonomi dapat menjadi faktor yang menguji kekuatan aliansi ini. Tetapi sejauh ini, kedua negara telah menunjukkan kemampuan untuk mengatasi perbedaan dan bekerja sama demi tujuan bersama.

Kesimpulan Akhir

Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh dengan persaingan geopolitik, aliansi antara Rusia dan China menjadi salah satu faktor kunci yang akan mempengaruhi arah perkembangan global. Tekanan dari Barat tampaknya hanya memperkuat tekad kedua negara ini untuk bekerja sama lebih erat. Dengan kekuatan ekonomi, militer, dan diplomatik yang dimiliki, China dan Rusia berada dalam posisi yang kuat untuk menghadapi segala bentuk tekanan dan tantangan dari Barat.

Bagi Rusia, keyakinan bahwa China terlalu kuat untuk dipengaruhi oleh Barat bukan hanya sekadar retorika, tetapi merupakan kenyataan yang didasarkan pada sejarah panjang hubungan mereka dan visi bersama untuk masa depan. Sementara Barat terus berusaha untuk membatasi pengaruh kedua negara ini, Rusia dan China terus membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi tantangan global dan menciptakan tatanan dunia yang lebih seimbang.

- Advertisement -
Share This Article