Jurnalfaktual.id, | Akhlak dari Fattah Jasin, terlihat mulia, saat dirinya akan berkunjung pada 100 Ulama Sumenep. Sepertinya, setiap orang yang baru mengenal dan ingin lebih mesra. Sebut saja penulis, kala itu, baru bertatap Gus Acing hanya 1 Jam, dan ingin mengenalnya lebih dekat. Entah aura magic, atau jiwanya yang memanggil setiap orang untuk berbuat baik.
Budi Pekerti Gus Acing, tampak terlihat, jika dirinya menyukai orang-orang yang lebih tua darinya. Sebut saja, Sahawiya dan Sakdiyah, dua wanita bersaudara lanjut usia tersebut, duduk dipos kambling, mungkin bersantai. Tiba-tiba, kedua wanita itu disalami dan diberi uang untuk beli beras.
Lalu Aku bertanya pada kedua wanita yang dihampiri Gus Acing. Beliau siapa Mbah (Gus Acing)? Tanyaku? Dan salah satu dari Mbah itu menjawab! Bupati Sumenep ya? Pak Bupati kan? Sepertinya, ada sebuah isyarat dari Tuhan yang turun melalui wanita tua tersebut.
Dengan nama lengkap Dr. Ir. H. RB. Fattah Jasin, MS. Gus Acing (sapaan lekatnya), sebuah petunjuk, jika dirinya terlahir dari keluarga Keraton Sumenep (Bangsawan). Tata Krama dan kelembutan sikap Fattah Jasin, mencerminkan sosok Ksatria di masa-masa kerajaan lampau.
Saya mengingat jelas, apa yang diutarakan Fattah Jasin kala itu, tentang sebutan Bangsawan. “Bangsawan Sejati itu, bukan hanya keturunan atau trah Raja, tapi, yang disebut Bangsawan, ia mau berfikir dan bertindak untuk kemajuan sebuah Bangsanya,” jelas Fattah Jasin, jauh beberapa bulan, saat namanya tercantum sebagai Bacalon Bupati Sumenep.
Namun, darah biru ditubuh Fattah Jasin tak menjadikan sikapnya Feodal. Hal itu, diceritakan salah seorang bawahannya di Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur. Yono, salah satu ajudan Fattah Jasin, mengatakan, jika pimpinannya, Fattah Jasin, tidak pernah melakukan kekuasaannya sebagai Kepala Dinas untuk bersikap diktator.
“Pak Fattah Jasin itu duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Beliau sebagai Pimpinan, pernah perjalanan dinas ke pulau Sumenep. Di Pulau itu, tak ada Lestoran atau rumah mewah, dan pak Fattah menikmatinya. Itulah pak Fattah, beliau selalu survive,” cerita Yono.
Dan yang lebih menarik, apa yang disampaikan Yono, mungkin akan menghentak para birokrat di Sumenep. Yono menyampaikan, jika Fattah Jasin, tidak pernah marah atau memarahi para pegawai dan staf-stafnya.
Cerita lainnya, saat Gus Acing ziarah ke Asta Tinggi. Para penjaga Asta Tinggi, sangat gembira, ketika Gus Acing berziarah ke makam orang tuanya. Seperti Slamet, yang selalu terdepan ketika mendengar, Fattah Jasin bersiarah. Entah apa maksudnya, saya tidak tahu.
Sisi menarik Gus Acing, adalah Kecintaan Gus Acing terhadap Ulama, ditunjukkan dengan niatnya menjadi Bupati Sumenep melalui kendaraan PKB. Karena Gus Acing, sangat mencintai para Ulama, yang jika ditarik dari sejarah, PKB adalah sebagai sebuah ikon para Kiai.
Gus Acing, juga memiliki agenda untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan 100 Kiai dan 1000 Santri. Hal tersebut, menunjukkan jika tidak hanya darah Bangsawan yang ada dalam dirinya, namun diri seorang Nahdiyin juga melekat ditubuh Gus Acing.
Laporan: DPP