“Apabila kita ingin-ingin mengenali apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Marx, kita tidak boleh berfokus pada “Marxisme”.” – Franz Magnis-Suseno.
jfID – Diantara kita, terkadang terlalu berlebihan, bahkan mungkin terang-benderang kesalahpahamannya terhadap ajaran Sosialisme Karl Marx. Maka ada baiknya saat ini kita belajar kembali sedikit lebih serius tentang ajaran murni Marx, agar para penganut-penganutnya paham siapa pengikut tulen dan siapa yang sengaja membelokkannya sehingga berantakan menjadi ideologi lain.
Dari sekian ideologi yang telah menyebar seperti; Marxisme, Komunisme Internasional, Marxisme-Leninisme, dan Marxisme-Stalinisme yang telah berkembang dan bahkan mengaku pengikut pemikiran serta ajaran Karl Marx seringkali oleh kita dipahami sebagai penerus ajarannya Marx yang murni. Padahal ideologi-ideologi tersebut harus kita selidiki lebih lanjut apakah benar atau tidak sumbernya adalah dari Karl Marx sendiri.
Ada yang harus diketahui bersama-sama, bahwa ajaran Marxisme tidak sama dengan Komunisme. Tentu perlu dipahami oleh pembaca ‘tentang komunisme’ sebelum W.I Lenin mendeklarasikan ajaran Marxrisme-Leninisme dan sebelum dimonopili oleh Lenin, maka istilah “Komunisme” dipergunakan hanya untuk keperluan cita-cita masyarakat utopis yaitu segala sesuatunya menjadi hak milik pribadi (dihapus) menjadi hak milik bersama (namun bukan berarti isteri kita adalah isteri bersama).
Sementara ‘komunisme internasional’ yang juga oleh ‘Gerakan Kaum Komunis’ di barat dinamakan Komunisme atau oleh Lenin disebut (oleh dirinya sendiri) sebagai Marxisme-Leninisme itu tidak sama dengan ajaran Komunisme. Kaum komunis memang selalu mengklaim monopoli atas interpretasi ajaran Marx, tentu dengan maksud untuk memperlihatkan diri sebagai pewaris sah ajaran Marx tersebut (Suseno, 2000).
Tidak terkecuali Marxisme bagi pemikir sebelumnya yaitu Friedrih Engels (1820-1895), ajaran Sosialisme Marx kemudian menjadi Marxisme. Friedrich Engels-lah pembaku utama ajaran resmi Marx menjadi Marxisme.
Dari Friedrich itulah dalam pandangan Karl Kautsky pada Karl Marx yang terkesan rumit maka oleh Friedrich dapat lebih mudah dipahami oleh kaum proletar, maka tak ayal jika Kautsky sepakat dengan pambakuan Friedrich yang kemudian menjadi “Marxisme”.
Pembakuan ajaran Marxisme versi Friedrich dan Kautsky ini kemudian hari lalu dikritik oleh tokoh “Marxisme Klasik” yaitu Georg Lukacs dengan mengatakan “…adukan Friedrich dan Kautsky itu menyimpang dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Marx (Suseno, 2000).
Ajaran Marxisme tentu perlu kita kaji bersama-sama, oleh karenanya, tahap demi tahap dari pemikiran Marx mulai dari masa muda dan tuanya harus benar-benar dipahami dengan baik. Jika mencoba membaca lagi ‘The Germa Ideology’ sebagaimana dikatakan oleh Franz Magnis Suseno, Marx muda tidak memuat segala apa yang telah dipikirkan oleh Marx, namun ternyata hanya memuat apa yang dianggap betul dan definitif, demikianlah Suseno menjelaskan.
Perkembangan pemikiran Marx ini tak ayal berkembang, dan karena Engerls-lah pembakuan ajaran Marx yaitu Sosialisme menjadi Marxisme. Marx mencapai ”….ajarannya” yang resmi, yang dengan persetujuannya terutama oleh Engels dibakukan menjadi ”Marxisme” (juga ”teori resmi Karl Marx” dan ”teori sosialisme ilmiah”) yang kemudian lebih dibakukan atau didogmakan lagi oleh Lenin menjadi komponen dalam ”Marxisme-Leninisme”, ideologi kaum komunis (Suseno, 2000).
Artikel singkat ini tentu bukan akhir dan kesimpulan untuk mengetahui sejauh mana Karl Marx dan pemikiran-pemikirannya. Oleh karena itu, apabila kita ingin mengenal Marx sebagaimana saya mengutip apa yang telah Franz Magnis Suseno katakan “apabila kita ingin mengenali apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Marx, kita tidak boleh berfokus pada ”Marxisme” melainkan harus menelusuri proses perkembangannya”.
Penulis: Faidi Ansori, Alumni Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan.
Sumber bacaan
Fran Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2000.