jfid – Bitcoin, mata uang digital paling populer di dunia, telah mencatat kenaikan harga yang luar biasa sepanjang tahun 2023, mencapai sekitar $42.000 per koin pada akhir Desember.
Namun, apakah tren positif ini akan berlanjut di tahun 2024, atau apakah Bitcoin akan mengalami koreksi besar yang akan menghapus sebagian besar keuntungannya?
Para ahli dan analis memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang perkiraan harga Bitcoin di tahun 2024, mulai dari $50.000 hingga $3 juta per koin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi ini antara lain faktor makroekonomi, halving, dan potensi persetujuan ETF (exchange-traded fund).
Faktor Makroekonomi
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga Bitcoin di tahun 2024 adalah kondisi makroekonomi global, seperti inflasi, kebijakan moneter, permintaan energi, dan ketegangan geopolitik.
Beberapa ahli berpendapat bahwa Bitcoin dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang fiat, karena jumlahnya terbatas dan tidak dapat dikendalikan oleh otoritas pusat.
Misalnya, Cathie Wood, CEO Ark Invest, memprediksi bahwa Bitcoin dapat mencapai $1,48 juta pada tahun 2030, dengan asumsi bahwa Bitcoin akan mengambil 10% pangsa pasar emas sebagai aset safe haven.
Wood juga mengatakan bahwa Bitcoin dapat mendapat manfaat dari adopsi yang lebih luas di negara-negara berkembang, di mana mata uang lokalnya tidak stabil atau sulit diakses.
Namun, faktor makroekonomi juga dapat berdampak negatif terhadap harga Bitcoin, terutama jika terjadi krisis keuangan, resesi, atau konflik global yang dapat menurunkan selera risiko investor dan mendorong mereka untuk menjual aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Selain itu, Bitcoin juga rentan terhadap fluktuasi permintaan energi, karena proses penambangan dan transaksi Bitcoin membutuhkan banyak listrik.
Halving
Faktor lain yang dapat mempengaruhi harga Bitcoin di tahun 2024 adalah halving, yaitu proses di mana jumlah Bitcoin baru yang diciptakan setiap 10 menit berkurang setengahnya setiap empat tahun.
Halving bertujuan untuk menjaga jumlah maksimum Bitcoin yang dapat ada di 21 juta koin, sehingga menjaga kelangkaan dan nilai Bitcoin.
Halving Bitcoin terakhir terjadi pada April 2020, ketika jumlah Bitcoin baru yang ditambang setiap blok berkurang dari 12,5 menjadi 6,25 koin.
Halving berikutnya diharapkan terjadi pada April 2024, ketika jumlah Bitcoin baru yang ditambang setiap blok akan berkurang lagi menjadi 3,125 koin.
Beberapa analis percaya bahwa halving memiliki efek positif terhadap harga Bitcoin, karena mengurangi pasokan Bitcoin baru yang masuk ke pasar, sementara permintaan tetap tinggi atau meningkat.
Ini dapat menciptakan tekanan harga naik, karena penawaran dan permintaan tidak seimbang.
Misalnya, BitQuant, seorang analis kripto terkenal, memprediksi bahwa Bitcoin akan mencapai rekor tertinggi baru sebelum April 2024, dan akan mencapai puncaknya setelah halving, pada tahun 2024, dengan harga sekitar $250.000 per koin.
Prediksi ini didasarkan pada pola gelombang Elliott, yang mengasumsikan bahwa Bitcoin akan mengikuti perilaku dari siklus sebelumnya.
Namun, halving juga dapat memiliki efek negatif terhadap harga Bitcoin, terutama jika permintaan Bitcoin menurun atau tidak sesuai dengan ekspektasi.
Hal ini dapat menyebabkan penurunan pendapatan para penambang, yang dapat memaksa mereka untuk menjual sebagian besar Bitcoin mereka untuk menutup biaya operasional, seperti listrik, peralatan, dan biaya transaksi.
Selain itu, halving juga dapat meningkatkan volatilitas harga Bitcoin, karena dapat memicu spekulasi, ketidakpastian, dan ketakutan di pasar.
Hal ini dapat menyebabkan fluktuasi harga yang besar dan tiba-tiba, yang dapat menggoyahkan kepercayaan investor dan pengguna.
ETF
Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi harga Bitcoin di tahun 2024 adalah ETF, yaitu dana yang diperdagangkan di bursa saham yang melacak kinerja aset tertentu, seperti saham, obligasi, komoditas, atau kripto.
ETF memungkinkan investor untuk berinvestasi di aset tersebut tanpa harus memiliki atau menyimpannya secara langsung.
Banyak pengamat kripto berharap bahwa persetujuan ETF Bitcoin oleh regulator, seperti Securities and Exchange Commission (SEC) di AS, dapat meningkatkan adopsi dan permintaan Bitcoin.
terutama dari investor institusional dan ritel yang mencari cara yang lebih mudah, aman, dan teratur untuk mengakses pasar kripto.
Misalnya, Standard Chartered, sebuah bank multinasional, mengulangi panggilan harga pada bulan April bahwa Bitcoin akan mencapai $100.000 pada akhir 2024, dengan asumsi bahwa beberapa ETF Bitcoin akan disetujui.
Bank ini mengatakan bahwa hal ini akan meningkatkan likuiditas, transparansi, dan efisiensi pasar Bitcoin.
Namun, persetujuan ETF Bitcoin juga menghadapi banyak tantangan dan hambatan, terutama dari sisi regulasi, keamanan, dan stabilitas.
Hingga saat ini, SEC belum menyetujui ETF Bitcoin manapun, meskipun ada beberapa proposal yang diajukan oleh berbagai perusahaan, seperti VanEck, Valkyrie, ProShares, dan Invesco.
Salah satu alasan utama mengapa SEC enggan menyetujui ETF Bitcoin adalah karena keprihatinan tentang manipulasi harga, penipuan, dan kurangnya pengawasan pasar Bitcoin, yang dapat membahayakan investor.
Selain itu, SEC juga menginginkan standar yang lebih tinggi untuk penyediaan likuiditas, kepatuhan, dan transparansi ETF Bitcoin.