1 Tahun Palestina, Benarkah Israel Mulai Ditinggalkan?

Lukman Sanjaya By Lukman Sanjaya
7 Min Read
Malam Mencekam di Rafah: Anak-anak Palestina Menangis Ketakutan Saat Serangan Israel Melanda!
Malam Mencekam di Rafah: Anak-anak Palestina Menangis Ketakutan Saat Serangan Israel Melanda!
- Advertisement -

jfid – Setahun setelah konflik besar antara Israel dan Palestina pecah kembali pada Oktober 2023, dunia telah melihat perubahan signifikan dalam dinamika dukungan internasional.

Satu pertanyaan yang kerap muncul adalah apakah Israel mulai ditinggalkan oleh sekutunya, dan apakah benar ada gelombang protes global yang semakin besar untuk membela Palestina?

Dukungan Israel Mulai Ditinggal?

Isu apakah Israel mulai ditinggalkan oleh sekutu-sekutunya memang menarik perhatian. Beberapa pengamat menyatakan bahwa dukungan terhadap Israel, terutama dari negara-negara Barat, memang mengalami penurunan secara bertahap.

Meskipun Amerika Serikat tetap menjadi sekutu utama Israel, negara-negara Eropa seperti Prancis dan Inggris menghadapi tekanan domestik dari warga mereka sendiri yang protes terhadap kekerasan yang dilakukan oleh Israel di Gaza.

Ad image

Protes-protes ini mencerminkan sentimen publik yang tidak puas dengan kebijakan Israel, terutama terkait pengeboman di Gaza yang menewaskan ribuan warga sipil.

Selain itu, di tingkat internasional, resolusi yang disahkan di Majelis Umum PBB pada September 2024 menunjukkan bahwa sebanyak 124 negara mendukung diakhirinya pendudukan Israel atas wilayah Palestina.

Ini adalah sinyal kuat bahwa semakin banyak negara yang mulai menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap tindakan Israel.

Namun, perlu dicatat bahwa resolusi ini tidak bersifat mengikat, sehingga masih harus dilihat apakah akan ada tindakan lebih lanjut dari negara-negara tersebut.

Gelombang Protes Global

Selama setahun terakhir, kita menyaksikan lonjakan besar dalam jumlah demonstrasi pro-Palestina di berbagai belahan dunia.

Tidak hanya di negara-negara Timur Tengah, tapi juga di kota-kota besar di Eropa dan Amerika Serikat, ribuan orang turun ke jalan untuk menunjukkan solidaritas mereka dengan Palestina.

Di London, misalnya, lebih dari 40.000 orang bergabung dalam aksi unjuk rasa untuk mengecam kekerasan yang terjadi di Gaza dan menyerukan diakhirinya pendudukan Israel.

Selain di Inggris, demonstrasi besar juga terjadi di AS, Jerman, Prancis, dan bahkan negara-negara Afrika seperti Afrika Selatan.

Demonstran ini umumnya menyerukan penghentian serangan Israel dan menuntut solusi damai untuk konflik yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.

Menariknya, meskipun ada juga demonstrasi yang mendukung Israel, suara pro-Palestina tampaknya lebih dominan, khususnya di kalangan masyarakat Eropa dan aktivis HAM global.

Perspektif Berbeda dari Berbagai Negara

Setiap negara memiliki pandangannya sendiri dalam menanggapi konflik ini. Di Timur Tengah, negara-negara seperti Turki secara tegas menentang Israel dan menyebut tindakan mereka sebagai bentuk “genosida” terhadap warga Palestina.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, bahkan menegaskan bahwa Israel harus membayar mahal atas tindakan brutal mereka di Gaza.

Sementara itu, di negara-negara Eropa, tekanan dari dalam negeri untuk mengambil sikap lebih keras terhadap Israel semakin meningkat.

Banyak politisi mulai merespons desakan rakyat mereka untuk menghentikan kerja sama atau hubungan diplomatik dengan Israel, meskipun tidak semua negara berani melangkah sejauh itu.

Misalnya, Prancis, yang selama ini menjadi sekutu dekat Israel, harus menghadapi ribuan demonstran yang menuntut perubahan kebijakan luar negeri mereka.

Namun, di sisi lain, negara-negara seperti Amerika Serikat masih mempertahankan dukungan mereka terhadap Israel. AS terus memberikan bantuan militer dan diplomatik, meskipun menghadapi kritik dari berbagai kelompok masyarakat di dalam negeri.

Beberapa tokoh politik Amerika, terutama dari kubu progresif, mulai mendesak pemerintah untuk meninjau kembali kebijakan ini, tetapi pengaruh lobi pro-Israel di Washington masih sangat kuat.

Optimisme atau Pesimisme: Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak suara yang meminta dihentikannya konflik ini. Apakah itu dari kelompok HAM, aktivis lingkungan, atau organisasi-organisasi internasional, mereka semua sepakat bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.

Namun, kenyataannya lebih kompleks. Israel, yang merasa terancam oleh serangan dari Hamas, tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi intensitas serangannya, sementara Palestina tetap bertahan dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.

Bagi banyak orang, situasi ini menimbulkan rasa putus asa, terutama setelah satu tahun penuh kekerasan dan pertumpahan darah. Namun, di sisi lain, gelombang solidaritas untuk Palestina memberikan harapan bagi mereka yang percaya pada keadilan dan perdamaian.

Fakta bahwa begitu banyak orang di berbagai negara bersatu menunjukkan bahwa isu ini bukan hanya tentang dua negara yang berperang, tetapi juga tentang nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas global.

Benarkah Israel Ditinggalkan?

Jawabannya kompleks. Meskipun ada tanda-tanda bahwa beberapa negara mulai bersikap lebih kritis terhadap Israel, kenyataannya Israel masih memiliki sekutu kuat, terutama di Amerika Serikat.

Namun, tekanan dari masyarakat global yang semakin lantang dalam menentang pendudukan Israel di Palestina menunjukkan bahwa narasi internasional mungkin sedang berubah.

Solidaritas global yang terus tumbuh untuk Palestina, yang diwujudkan dalam berbagai protes dan demonstrasi di banyak negara, menunjukkan bahwa banyak orang tidak lagi diam.

Mereka menuntut keadilan dan mengharapkan perubahan yang nyata dalam cara dunia menangani konflik Israel-Palestina.

Meski jalannya masih panjang dan penuh tantangan, semangat solidaritas global ini setidaknya memberikan harapan bahwa perubahan bisa terjadi di masa depan.

- Advertisement -
Share This Article