Peran mereka diturunkan sebagai pelayan bar, operator pub atau sekretaris. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Munculnya pabrik bir skala besar yang didominasi oleh laki-laki, yang menggantikan produksi bir rumahan yang dilakukan oleh perempuan.
- Meningkatnya permintaan bir yang mengharuskan penggunaan mesin dan teknologi canggih, yang dianggap sebagai domain laki-laki.
- Berkembangnya stereotip bahwa bir adalah minuman laki-laki, dan bahwa perempuan yang membuat atau minum bir adalah tidak sopan, tidak bermoral, atau bahkan penyihir.
- Berlakunya undang-undang dan peraturan yang membatasi atau melarang perempuan untuk membuat, menjual, atau mengonsumsi bir.
Meskipun demikian, ada beberapa perempuan yang berhasil menembus dominasi laki-laki dalam industri bir, baik sebagai pembuat, pemilik, atau pengusaha.