Ombak Menggulung, Menyapa Rakyat Labuhan Aji Pulau Moyo

Rusdianto Samawa
6 Min Read
Menyapa gulungan ombak labuhan Aji Pulau Moyo
Menyapa gulungan ombak labuhan Aji Pulau Moyo

jfid – Perjalanan Menuju Pulau Moyo Desa Labuhan Aji, Dusun Stema dan Berangkua. Selain itu, keliling juga ke desa Sebotok dan gugusan pulau lainnya. Ekspedisi domestik Lokal ini, sungguh mengasyikkan.

Sejak start pukul 13.20 pada Senin 8 Maret 2021, dari Pelabuhan Cacing Labuhan Sumbawa, menempuh perjalanan selama 4 jam. Tiba di dermaga Labuhan Aji Pulau Moyo pukul 16.46.

Saya berangkat dengan Mas Boy dari Alas Barat Mapin Kebak. Mas Boy bekerja sebagai penjaga gawang konservasi alam laut Pulau Sumbawa. Kapal yang kita tumpangi lumayan besar, ukuran kapal penumpang untuk pulau-pulau kecil, sebesar 60 Gross Tonnage.

Ditengah perjalanan, berlayar melawan besarnya ombak. Tinggi ombak 1,5 meter. Suara mesin menderu dan memerah memutar baling-baling. Disepanjang, kapal oleng kiri oleng kanan. Mesin sempat mati satu. Beberapa menit, bisa dihidupkan kembali.

Start dari Labuhan Sumbawa, hamparan hutan, perbukitan dan pegunungan hijau Pulau Moyo. Tanaman Wijen menghiasi pegunungan Pulau Moyo. Hijaunya pegunungan itu, menjadi pelampian dahaga akan keindahan. Mengalihkan pikiran dari mabuk dan pening kepala akibat ombang ambing ombak.

Semua penumpang, alhamdulillah tidak ikut mabuk. Mungkin saja mereka sudah terbiasa. Tetapi, bagi Mas Boy dan Rusdianto sendiri tidak terbiasa menyebrang antar pulau dengan kapal-kapal angkutan lokal.

Selama pengalaman kami traveling dan advokasi wilayah daratan (petani dan nelayan) pulau dalam (akses) terdekat selalu memakai kapal very atau pesawat untuk menjangkau. Kali ini tertantang kembali untuk mengitari kembali pada penghujung musim hujan. Pantas ombak besar dan angin sangat kencang.

Tiba di dermaga Labuhan Aji, tersentak membisu. Menyaksikan model dermaga buntung. Seolah pemerintah tanpa peduli untuk perbaiki dan bangun kembali. Sedikit menyumpal dan mengeong dalam hati; “kok infrastruktur Labuhan Aji Pulau Moyo ini begitu rapuh. Padahal destinasi wisatanya kelas internasional dan domestik.”

Rusdianto Samawa, menyapa masyarakat labuhan Aji pulau Moyo

Dermaga buntung ini, melayani peruh perihnya para pelancong penikmat wisata air terjun mata jitu. Tempat dimana Lady Diana, Ratu Inggris, artis mancanegara dan kelas para duta besar datang ke Pulau Moyo. Masih saja Dermaga Buntung. Sungguh rasa pengabdian melihat kebuntungan dermaga ini, menggerakan ekonomi masyarakat Labuhan Aji.

Hamparan bukit penuh tumbuhan wijen. Menghiasi suara deru ombak. Pada bulan April nanti panen Wijen dan Jambu Mente ada sekitar satu juta ton. Wijen saja diprediksi mencapai 600 ton. Labuhan Aji berputar, ekonomi masyarakat dan uang bisa mencapai 7 miliar dengan harga Wijen 16 ribu rupiah.

Lagi-lagi jembatan dermaga buntung pusat distribusi hasil panen: padi, wijen, mente, ikan dan pedagang. Semua orang yang datang ke Labuhan Aji Pulau Moyo, mempelajari alam, mencumbu keindahan laut ciptaan tuhan. Bentuk mensyukuri nikmat tuhan. Melihat mata hati, menyelami rasa asa dan harapan.

Kondisi masyarakat Labuhan Aji, mayoritas petani, nelayan hanya 10 persen. Membaur bersama Rakyat. Menuai badai. Menyapa laut. Advokasi nelayan jalan terus pantang mundur. Selagi ada waktu dan umur untuk kebaikan bersama. Jangan berhenti mengurus rakyat.

Potensi Labuhan Aji sangat aji mumpung. Dari kekayaan yang terkandung dialam Labuhan Aji, mulai dari wisata domestik – Internasional, hasil pertanian dan bisnis perikanan.

Hal lain yang paling mencengangkan, potensi masalah Kepulauan Moyo adalah: bisnis calo tanah di Pulau Moyo sangat gencar. Penawaran diberbagai website dengan sertifikat bodong. Ada juga menawarkan langsung ke Pembeli. Harga tanah di Pulau Moyo sekitar 20 juta Per-are. Calo menawarkan harga tinggi sekitar 150 juta per-are.

Bahkan, ada pemilik tanah menjual tanahnya 150 juta seluas 3 hektar saat ini. Faktor penjualan murah seperti ini karena terlilit utang rentenir akibat pinjam meminjam. Masyarakat Labuhan Aji banyak terjepit karena rentenir. Pemerintah perlu antisipasi kesulitan masyarakat Labuhan Aji ini. Terutama soal sindikat penjualan tanah.

Pemerintah Kabupaten Sumbawa, harus perhatikan Pulau Moyo di setiap desa dan dusun-dusun. Bila perlu, kedepan yang sekarang status dusun, sudah harus dimekarkan menjadi desa. Tujuannya, tentu kepentingan pengembangan masing-masing sebagaimana melekat hak otonomi desa untuk mengurus desa masing-masing.

Karena potensi Pulau Moyo sangat besar dari Pendapatan Asli Desa (PAD). Pemasukan mulai dari retribusi wisata, penghasilan tambahan petani dan nelayan, bisnis kelautan dan perikanan. Ekonomi pemuda kreatif menyambut kedatangan para wisatawan.

Tentu PAD-nya sangat besar. Hal ini merupakan keinginan masyarakat Pulau yang terdiri dari Desa Labuhan Aji terdiri dari dusun; Pulau Medang, Brangkua, Stema, dan Arung santek. Begitu Desa Sebotok yang terdiri dusun; Sebaru, rasabou, sebotok, dan Patedong.

Selain itu, yang penting diperhatikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa adalah mencegah terjadi elevasi dan abrasi air laut yang mengikis perkampungan Desa Labuhan Aji dan Desa Sebotok sehingga perlu membagun geronjong dan talut penahan ombak air laut. Penting sekali, pemerintah daerah perhatikan dan perioritaskan pembangunan di masing-masing desa seputar Pulau Moyo.

Apalagi soal listrik yang sangat dibutuhkan masyarakat, diseputar Pulau Moyo masih minim sekali. Selain itu, air bersih juga terbatas. Pemerintah memiliki pekerjaan rumah yang sangat besar. Kedepan, jurang ketimpangan pembangunan dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Semoga secepatnya.[]

Penulis: Rusdianto Samawa, Ketua Umum Front Nelayan Indonesia (FNI)

Kajian Kedua:
Senin, 8 Maret 2021

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article