Kaki Gunung Rinjani, Penting Sebagai Objek Riset

Rasyiqi
By Rasyiqi
7 Min Read

jf.id – Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam dengan segala isi dan keindahannya supaya manusia dapat berfikir. Dengan berfikir, manusia diharapkan mampu mengambil hikmah dan pelajaran tentang kejadian penciptaan dari yang maha sempurna.

Sebagai destinasi wisata, Gunung Rinjani masih tergolong sebagai wisata yang masih alami, terbukti dengan terlaksananya Geopark Dunia pada tahun 2019 kemarin. Selain itu juga, di area sekitar Gunung Rinjani, pengunjung disuguhkan dengan berbagai destinasi wisata alam seperti air terjun Sendang Gile, Tiu Kelep, Air Terjun Sekeper dan lainnya.

Pasca gempa yang melanda pulau Lombok, NTB sebagian besar Desa, dan Dusun sekitar kaki Gunung Rinjani mengalami rusak parah, akan tetapi berangsur-angsur pulih dan sekarang pemandangan alaminya mulai menampakkan diri, hijau, rimbun dan udara sejuk.

Desa yang dikunjungi oleh tim Jurnalfaktual.id ialah Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Desa dengan radius sekitar 7 Km dari Gunung Rinjani serta tergolong sangat dekat dengan alam dan hutan kaki Gunung Rinjani. Di Desa Sambik Elen, terdapat Dusun terpencil yakni Dusun Lenggem Sari.

Secara geografis, Dusun Lenggem Sari merupakan satu dari berbagai Dusun di tempat tersebut yang persis terletak di kaki Gunung Rinjani, yang terhuni sekitar 300 orang dari sekitar 90 KK.

Secara umum, dari sekitar 300 orang penduduk Dusun Lenggem Sari adalah penduduk yang berasal dari luar Kecamatan Bayan, seperti Lombok Tengah, Lombok Timur dan Lombok Barat, itu bisa dibedakan dari segi logat dalam menggunakan bahasa Sasak dan kebiasaan masyarakat setempat.

Penduduk Dusun Lenggem Sari secara kalkulatif, warga yang berasal dari Bayan asli sekitar 9 persen, dan dengan perbedaan asal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kebiasaan masyarakat (adat), seperti kebiasaan penduduk yang berasal dari Lombok Tengah, akan di implementasikannya ditengah perbedaan kebiasaan tersebut.

Selain perbedaan asal, penduduk Dusun Lenggem Sari menganut dua agama dan kepercayaan yang berbeda yakni Agama Islam dan Buddha. Kendati demikian, hubungan sosial antar masyarakat tergolong normal dan damai, selama masa berdirinya Dusun tersebut, tercatat belum pernah terjadi keributan atas nama SARA, mereka membaur menjadi satu atas dasar rasa kepedulian dan keramahtamahan yang masih melekat antar sesama, serta sikap pandangan status sosial yang sama.

Setelah melalui penelusuran, sungguh tidak disangka, Dusun terpencil yang berpenghuni sekitar 300 orang ini memilik potensi pariwisata  layak untuk dikembangkan. Dusun ini mempunyai jalur akses sebuah destinasi wisata air terjun di aliran sungai kokoq puteq, yang oleh penduduk setempat menamakannya Air terjun umar maya (diambil dari nama tokoh sentral pewayangan Lombok).

Pada tahun 2018, sebelum terjadinya Gempa, Air terjun ini tercatat dikunjungi oleh banyak pengunjung untuk sekedar berlibur serta bersua foto dan menikmati dinginnya air terjun yang sumber airnya langsung dari Gunung Rinjani. Kebanyakan pengunjung sengaja datang dari daerah Lombok Timur,  melalui akses jalan yang dibangun oleh PLTA di Lombok Timur, akan tetapi jalan tersebut sekarang sudah ambruk dan rusak akibat bencana alam gempa bumi yang menimpa pulau Lombok. Dan untuk sementara, akses jalan menuju air terjun ini hanya bisa diakses melalui Daerah Kabupaten Lombok Utara tepatnya di dusun Lenggem Sari. Tentu hal tersebut menjadi berkah bagi penduduk setempat, karena dengan dijadikannya Dusun Lenggem Sari sebagai pintu masuk destinasi wisata tersebut, akan meningkatkan pendapatan penduduk setempat.

Dusun Lenggem Sari selain menyajikan pariwisata air terjun yang indah dan alami,
Dusun ini juga sangat dekat keberadaanya dengan Gunung Rinjani sehingga Indahnya Gunung yang dulunya disebut dengan Gunung Samalas tersebut terlihat jelas dari Dusun ini.

Keindahan tersebut terlihat mulai dari terbit matahari hingga petang, yang mana dapat dilihat paduan daerah pegunungan yang masih sangat alami nan hijau, asri, sejuk. Dan saya kira tempat ini sangat menarik untuk dijadikan sebagai destinasi instagramable untuk kaum milenials saat ini.

Destinasi pariwisata yang menarik juga terbalut dengan suasana multikulturalnya. Di dusun ini orang atau siapapun pengunjung tidak mengenal status agama dan kepercayaan yang dianut, agama menjadi prioritas masing-masing penganut, mereka saling menjaga dan hidupu rukun terbukti ketika acara gawe belik (pesta umat muslim) atau syukuran kecil, warga yang beragama Budha ikut andil membantu dan berbaur menjadi satu.

Dari fakta ini, saya meyakini bahwa dusun ini adalah suatu daerah yang tepat untuk merasakan arti perdamaian dan persatuan yang sesungguhnya. Dusun ini bisa dijadikan sebagai tempat penelitian tentang multikulturalisme, makna perbedaan, hubungan sosial dan kegamaan serta kearifan lokal.

Selain itu, agar lebih formal, Dusun ini sangat potensial untuk dirubah menjadi kampung wisata, atau Desa Wisata, sehingga potensi yang begitu besar dapat dikelola dengan baik dan dipastikan akan membuat Dusun yang berpenghuni sekitar 300 jiwa tersebut berpenghasilan di atas rata-rata.

Ladang warga yang mayoritas sebagai petani ditanami dengan tanaman sistem agroforestree atau sistem tumpang sari, dimana sekitar 85 persen ladang ditanami dengan pohon mente, dan disampingnya tertanam tanaman kebutuhan pokok seperti padi, jagung serta sayur-sayuran. Hampir semua penduduk di Dusun Lenggem Sari memiliki lahan yang ditanami mente.

Selain sebagai petani mente, mayoritas warga Dusun Lenggem Sari tertarik untuk menambah pundi penghasilan dengan menanam umbi-umbian porang yang masih banyak dijumpai di daerah ini dan sudah tumbuh sebelumnya, akan tetapi masih membutuhkan perhatian khusus terutama mengenai pemasaran hasil bumi mereka.

Keindahan alam yang terbungkus dengan pariwisata alamnya serta tingkat kesadaran sosial yang tinggi terbalut dalam keramahtamahan antar sesama menjadikan tempat ini memiliki kesan khusus, yakni kesan damai dan keindahan, padahal jika kita melihat, mereka bukan berasal dari satu keturunan, bukan berasal dari satu kepercayaan, akan tetapi mereka mampu membuktikan diri untuk bersatu dalam rasa persaudaraan antar sesama.

Penulis: M Rizwan/Redaksi

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article