Refleksi Hari Jadi Bangkalan: “Ada yang salah dalam laju peradaban Bangkalan?”

Rasyiqi
By Rasyiqi
3 Min Read

jfID-Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur merupakan daerah yang secara geografis cukup strategis, lantaran posisinya bersebelahan langsung dengan kota metropolis Surabaya, meski masih dipisah oleh laut.

Bangkalan menjadi pintu gerbang akses antara pulau Jawa dan Madura, pastinya menjadi keuntungan tersendiri dan banyak potensi yang bisa dikembangkan. Dari segi alam, maupun manusia, kekayaannya cukup mumpuni.

Bangkalan kini dikenal dengan tagline kota Dzikir dan Sholawat yang berarti Religius. Selain itu, dikenal dengan kota salak, kota kuliner, kota wisata, kota ulama dan kota santri.

Meski demikian, tidak sedikit yang melontarkan Bangkalan sebagai kota parkir dan kota mal amal. Hal ini lantaran maraknya tempat parkir dan mal -amal disepanjang jalan raya.

Semua yang ada diatas, tentunya dan seharusnya menjadi penunjang bagi kabupaten Bangkalan itu sendiri. Terkhusus dalam kemajuan.

Dalam rangka menyambut hari jadi kabupaten Bangkalan yang ke-489, penulis mencoba merefleksikan sebuah opini untuk kabupaten Bangkalan dan hendak mengatakan ada hal yang salah dalam laju peradaban Bangkalan di usia yang hampir lima abad ini.

Faktanya, dari berbagai potensi yang ada, PAD(Pendapatan Asli Daerah) Bangkalan masih rendah. Bangkalan masih berangsur-angsur berada jauh dibawah rata-rata kabupaten lain di Jawa Timur secara indeks pembangunan. Banyak generasi Bangkalan yang lebih betah di rantau daripada di Bangkalan.

Hal-hal sepele pun, Bangkalan masih sangat memilukan. Berserakannya sampah-sampah di sepanjang jalan raya Kabupaten Bangkalan, banyaknya parkir sembarangan di sepanjang jalan kota, masih banyaknya pula kerusakan infrastruktur dan masih banyaknya yang lalai akan kedisiplinan individu dalam pelayanan publik.

Jika penulis mengatakan Bangkalan sedang krisis, mungkin terlalu ekstrim. Tetapi kalau mengatakan ada yang salah di peradaban Bangkalan masih bisa diterima.

Bangkalan butuh Profesionalisme dan idealisme di setiap lini dan lapisan. Bahwa masih lebih banyak yang melupakan tanggung jawab atas tanggung jawabnya sebagai penanggung jawab. Masih banyak yang dipercaya mewakili rakyat, namun tidak dapat dipercaya. Masih banyak masyarakat yang lebih memilih orang yang memberi uang, khususnya dalam perhelatan kontestasi politik. Masih banyak pula aktivis yang lebih suka membahas proyek dan prosentasenya daripada gagasan.

Bangkalan butuh sosok pemimpin yang memimpin. Bangkalan butuh perwakilan yang mewakili. Bangkalan butuh masyarakat yang Madani. Bangkalan butuh aktivis yang sejati.

Itu semua dapat kita mulai dari kesadaran. Kesadaran mengedepankan kepentingan umum yang berbuah kepentingan pribadi dan kemaslahatan. Bukan kepentingan pribadi yang berdalih kepentingan umum dan mengorbankan kemaslahatan.

Penulis akhiri dengan ucapan selamat hari jadi Bangkalan tercinta.

Penulis:
Abdullah Sahuri
Founder Komunitas Pendekar Literasi.

Catatan Redaksi: Segala isi tulisan adalah tanggung jawab penulis

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article